Dikatakan bahwa saat ini terdapat 1,4 juta pengungsi di wilayah kantong tersebut.
“Bantuan yang sampai di Gaza tidak cukup untuk satu hari. Kami menyerukan komunitas internasional untuk menekan pemerintah Israel agar mendatangkan ribuan truk,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
Anak-anak Palestina Ditulisi Nama di Badan Mereka Agar Mudah Diidentifikasi Saat Meninggal Dibom Tsrael
Mayat tiga anak tergeletak di atas nampan baja di dalam kamar mayat rumah sakit Gaza.
Celana di kaki mereka dilipat sedikit hingga memperlihatkan tulisan dengan tinta hitam di kulit.
“Kami menerima beberapa kasus di mana orang tua menuliskan nama anak-anak mereka di kaki dan perut,” ujar Dr. Abdul Rahman Al Masri, kepala unit gawat darurat Rumah Sakit Martir Al-Aqsa kepada CNN.
Dia mengatakan para orang tua melakukan hal itu karena anak-anak mereka dikhawatirkan tak dapat diidentifikasi jika jadi korban serangan bom Israel.
“Ini berarti mereka merasa menjadi sasaran kapan saja dan bisa terluka atau menjadi martir,” tambah Al Masri.
Tinta hitam tersebut merupakan tanda kecil dari ketakutan dan keputusasaan yang dirasakan oleh para orang tua di daerah kantong padat penduduk tersebut ketika Israel terus melancarkan serangan udara tanpa henti sebagai pembalasan atas serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober.
Pengawas ruangan di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa tempat jenazah dimandikan menggambarkan serangan udara Israel yang sangat brutal.
Menolak untuk disebutkan namanya, dia mengatakan kepada CNN bahwa jumlah korban tewas dari Sabtu hingga Minggu telah melebihi 200 orang. Hal senada dikatakan Dr. Al Masri.
“Apa yang kami perhatikan saat ini adalah banyak orang tua menuliskan nama anak-anak mereka di kaki mereka sehingga mereka dapat diidentifikasi setelah serangan udara dan jika mereka tersesat. Ini adalah fenomena baru yang baru saja dimulai di Gaza.”
“Banyak anak-anak yang hilang, banyak yang sampai di sini dengan tengkorak patah san tidak mungkin untuk mengidentifikasi mereka, hanya melalui tulisan itulah mereka dapat diidentifikasi.”
Selama dua minggu terakhir ratusan anak-anak telah dikeluarkan dari reruntuhan bangunan yang terkena serangan udara di salah satu tempat terpadat di dunia, banyak dari mereka tidak dapat dikenali karena luka-luka mereka.