Para Pemukim Tak Mampu Bayar Tagihan karena Perang Israel Telan Biaya Miliaran Dolar terus Berlanjut
TRIBUNNEWS.COM- Pemukim Israel bergulat dengan konsekuensi ekonomi dari perang genosida pemerintah mereka di Jalur Gaza.
Sekitar dua juta pemukim Israel menghadapi kesulitan membayar iuran dan tagihan utama mereka dan bergulat dengan kondisi ekonomi yang terus memburuk sementara perang berkecamuk memasuki bulan ke-14, menurut media Israel.
Moody's menurunkan peringkat kredit negara "Israel" menjadi Baa1 dari A2 pada bulan September, dengan alasan meningkatnya konflik di wilayah tersebut dan kekhawatiran tentang stabilitas ekonomi jangka panjang.
Kemudian pada bulan November, lembaga tersebut mempertahankan prospek negatifnya untuk "Israel", dengan peringatan bahwa penurunan peringkat lebih lanjut masih mungkin terjadi.
Selain risiko eksternal, Moody's menunjuk tantangan politik dalam negeri, termasuk usulan reformasi peradilan dan upaya untuk mengecualikan warga Israel ultra-Ortodoks dari dinas militer, sebagai faktor signifikan yang berkontribusi terhadap ketegangan sosial dan ketidakpastian ekonomi.
"Menurut pandangan kami, pemerintah Israel tengah menjalankan kebijakan yang memperburuk ketegangan sosial yang sudah tinggi di negara tersebut," ungkap lembaga tersebut, seraya mencatat bahwa dinamika ini dapat memengaruhi kepercayaan investor dan prospek pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Pada bulan Oktober, Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich mengakui bahwa "perang yang sedang berlangsung adalah perang terpanjang dan termahal dalam sejarah Israel", dengan biaya langsung berjumlah sekitar 250 miliar shekel ($66,6 miliar) sejauh ini.
Ia lebih lanjut menekankan bahwa angka ini kemungkinan akan bertambah, dengan menyatakan, "Kita semua akan merasakan kebutuhan untuk membiayai perang ini, dan itu tidak akan mudah bagi kita."
SUMBER: AL MAYADEEN