TRIBUNNEWS.COM - Unjuk rasa besar-besaran mendesak gencatan senjata di Gaza berlangsung di berbagai belahan dunia.
Bukan hanya di Asia termasuk Indonesia, tapi juga di Amerika Serikat dan Eropa. Bahkan banyak di antara mereka yang turun berunjuk rasa mendesak gencatan di Gaza adalah orang Yahudi.
Desakan gencatan senjata kian gencar karena perang sudah menewaskan ribuan jiwa dari kalangan sipil. Termasuk anak-anak.
Tercatat lebih dari 1.400 orang tewas di Israel dalam serangan Hamas.
Dasar itulah yang mendorong Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan perang sekaligus upaya balas dendam terhadap kelompok tersebut.
Israel tak henti-hentinya membombardir Gaza menggunakan bom dan menewaskan dari 5.100 orang. Banyak gedung dan bangunan permukiman runtuh. Warga Palestina di Gaza terkepung.
Seperti dikutip Aljazeera, satu LSM di Palestina melaporkan bahwa pemboman Israel di Gaza telah merenggut nyawa satu anak Palestina setiap 15 menit sejak dimulainya konflik.
Baca juga: AS Minta Israel Tunda Invasi Darat ke Gaza, Ingin Negosiasi dengan Hamas soal Pembebasan Sandera
Namun, desakan gencatan senjata sebagai upaya mencegah jatuh korban lebih banyak, sama sekali tak digubris.
Keputusan Israel membombardir Gaza terus dilakukan. Bahkan, mereka meningkatkan intensitas serangan.
Israel menjanjikan serangan tanpa henti untuk melenyapkan Hamas, ketika pihak berwenang Palestina melaporkan puluhan orang tewas dalam serangan udara terbaru di Gaza.
Setidaknya 28 orang tewas semalam dalam serangan terhadap beberapa rumah di sebuah distrik dekat Rafah, Gaza selatan, kata pejabat Palestina dan sumber medis kepada Tareq Abu Azzoum dari Al Jazeera di Gaza.
Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel Letnan Jenderal Herzi Halevi mengisyaratkan Israel tidak akan menghentikan pemboman menjelang invasi darat, yang diperkirakan terjadi di daerah kantong padat penduduk tersebut.
"Kami ingin melucuti Hamas hingga ke akar-akarnya, para pemimpinnya, cabang militernya, dan mekanisme kerjanya. Itu sebabnya kami melakukan serangan, dan melenyapkan komandan dan anggota berpangkat tinggi, menghancurkan infrastruktur, dan bertindak dengan tekad besar,” kata Halevi dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Aljazeera, Selasa (24/10/2023).
“Jalur tersebut adalah jalur serangan yang tak henti-hentinya, yang merugikan Hamas di mana pun dan dalam segala hal. Kami sangat siap untuk operasi darat di selatan.”