TRIBUNNEWS.COM - Keluarga kerajaan Malaysia memilih Sultan Ibrahim Iskandar dari negara bagian Johor untuk menjadi raja Malaysia berikutnya, The Straits Times melaporkan.
Di Malaysia, Raja (Yang di-Pertuan Agong) memang hanya memainkan peran seremonial.
Namun monarki menjadi lebih berpengaruh dalam beberapa tahun terakhir karena ketidakstabilan politik Malaysia yang berkepanjangan.
Ketidakstabilan politik itu mendorong Raja untuk menggunakan diskresi atau kekuasaannya untuk memutus sesuatu.
Malaysia mempunyai sistem di mana kepala dari sembilan keluarga kerajaan (dari 9 negara bagian di Malaysia) bergiliran menjadi raja Malaysia untuk masa jabatan lima tahun.
Malaysia menganut sistem demokrasi parlementer, sementara raja menjabat sebagai kepala negara.
Baca juga: Bayi Usia 16 Bulan di Malaysia Meninggal, sang Ayah Lupa Tinggalkan Anak di Mobil selama Berjam-jam
Sultan Ibrahim akan mengambil alih kekuasaan dari Raja saat ini, Sultan Abdullah Ahmad Shah, pada 31 Januari 2024, kata Penjaga Meterai Raja-Raja dalam sebuah pernyataan pada Jumat (27/10/2023).
Tidak seperti penguasa tradisional Malaysia lainnya, Sultan Ibrahim terkenal blak-blakan tentang politik.
Ia mengatakan dirinya memiliki hubungan baik dengan Perdana Menteri Malaysia saat ini, Anwar Ibrahim.
Sultan Ibrahim dikenal memiliki banyak koleksi mobil dan motor mewah, dan memiliki bisnis yang luas, mulai dari real estate hingga pertambangan.
Sementara itu, Sultan Abdullah memainkan peran yang terbilang aktif dalam politik Malaysia selama beberapa tahun terakhir.
Sudah tiga perdana menteri yang ia pilih selama masa kekuasaannya.
Konstitusi federal hanya memberi raja sedikit kekuasaan atau kebebasan mengambil keputusan sendiri dalam setiap situasi.
Umumnya raja diharuskan bertindak berdasarkan nasihat perdana menteri dan Kabinet.