JPMorgan: PDB Anjlok 11 Persen, Israel Hadapi Krisis Ekonomi Dahsyat
TRIBUNNEWS.COM - Lembaga perbankan dan keuangan Internasional, JPMorgan menyebut Israel akan menghadapi krisis ekonomi yang sangat besar.
Lembaga tersebut, dalam update terbarunya, menurunkan secara tajam perkiraan ekonomi kuartal keempat untuk kondisi ekonomi dan keuangan Israel.
Menurut catatan penelitian lembaga tersebut yang dipublikasikan pada Jumat (27/10/2023), produk domestik bruto (PDB) Israel potensial menyusut 11 persen dari tiga bulan sebelumnya di tengah meningkatnya konflik bersenjata dengan kelompok pejuang Hamas Palestina.
Baca juga: Israel Umumkan Fase Baru Aksi Militer Lawan Hamas Dimulai, Lima Ribu Tentara AS Ikut Masuk Gaza
Awal bulan ini, bank tersebut 'hanya' memperkirakan penurunan sebesar 1,5 persen terhadap perekonomian Israel.
"Namun proyeksi awal dianggap “terlalu optimis,” kata para analis JPMorgan.
“Mengukur dampak perang terhadap perekonomian Israel masih sulit, baik karena ketidakpastian yang masih sangat tinggi mengenai skala dan durasi konflik serta kurangnya data frekuensi tinggi yang tersedia,” kata JPMorgan.
Bank Dunia juga memangkas proyeksi awal pertumbuhan PDB tahunan Israel menjadi 2,5 persen, dari sebelumnya 3,2 persen.
Namun para analis sedikit menaikkan prospek tahun 2024 menjadi 2 persen dari sebelumnya 1,9 persen.
JPMorgan mencatat kalau konflik Israel sebelumnya, seperti peningkatan permusuhan dengan Hamas pada tahun 2014 atau konflik dengan kelompok bersenjata Hizbullah yang berbasis di Lebanon pada tahun 2006, “hampir tidak mempengaruhi aktivitas.” perekonomian mereka.
"Namun, perang saat ini memiliki dampak yang jauh lebih besar terhadap keamanan dan kepercayaan dalam negeri,” kata para analis memperingatkan.
Baca juga: Israel Minta Bantuan AS Dana Darurat 10 Miliar Dolar, Washington Kirim Joint Direct Attack Munition
Misalnya, jumlah korban tewas yang diperkirakan sekitar 1.400 warga Israel pada Jumat sudah jauh lebih tinggi dibandingkan konflik sebelumnya, sementara jumlah tentara cadangan yang dimobilisasi telah mencapai 350.000, yang merupakan jumlah terbanyak dalam sejarah Israel dan merupakan lebih dari 5 persen angkatan kerja di negara tersebut. .
Perang Israel dan Hamas, yang menguasai sebagian besar Gaza, pada 2023 ini dimulai pada tanggal 7 Oktober.
Sejak itu, konflik Israel dan Hamas menyebabkan lonjakan harga minyak dan aset-aset 'safe haven' seperti emas dan perak secara global.
Para analis khawatir konflik ini dapat mengganggu stabilitas di Timur Tengah, terutama jika konflik tersebut menyebar ke negara-negara tetangga, yang pada gilirannya akan mempengaruhi perekonomian global secara keseluruhan.
(oln/RT/*)