TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Hizbullah Syed Hassan Nasrallah berbicara kepada para pengikutnya mengenai perang Israel-Hamas pada hari Jumat (3/11/2023).
Pidato tersebut menjadi pidato pertamanya sejak perang pecah pada tanggal 7 Oktober, Aljazeera melaporkan.
Pertempuran antara Hizbullah Lebanon dan Israel telah meningkat di sepanjang perbatasan dalam beberapa pekan terakhir.
Hizbullah mengklaim telah kehilangan 57 pejuang sementara Israel mengatakan bahwa enam tentaranya tewas dalam baku tembak dan rudal.
Setidaknya enam warga sipil juga tewas.
Banyak yang mengira Nasrallah akan mengumumkan langkah Hizbullah selanjutnya.
Baca juga: Mengenal Hizbullah, Kelompok Bersenjata Lebanon yang Mendukung Hamas
Namun dia mengutuk serangan Israel di Gaza.
Berikut adalah 5 hal-hal penting dari pidatonya:
1. Serangan bulan Oktober adalah operasi eksklusif Palestina
Nasrallah memulai pidatonya dengan memuji para martir yang gugur dari Hizbullah dan kelompok lain yang memerangi Israel, serta warga sipil.
Ia juga berterima kasih kepada Irak dan Yaman yang kini terlibat dalam perang.
Nasrallah menyebut serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober di Israel selatan, sebagai "peristiwa besar yang mengguncang penindasan pendudukan."
Dia mengatakan operasi tersebut 100 persen dilakukan oleh orang Palestina, baik dari segi keputusan maupun pelaksanaannya.
“Elemen kerahasiaan adalah kunci keberhasilan operasi ini, ini merupakan sebuah kejutan, kejutan yang mengejutkan, tidak seperti apa yang diasumsikan oleh banyak orang.”
2. Independen dari Iran
“Operasi ini tidak ada hubungannya dengan keputusan atau langkah apa pun yang diambil oleh faksi lain dalam poros perlawanan,” kata Nasrallah, merujuk pada koalisi pasukan anti-Israel yang dipimpin Iran di wilayah tersebut.
Baca juga: Pemimpin Hizbullah Peringatkan Konflik Israel & Hamas Berpotensi Meluas di Timur Tengah
“Setiap saat ketika terjadi pertempuran, mereka mulai berbicara tentang program nuklir Iran, negosiasi AS-Iran,” kata Nasrallah.
Kenyataannya, katanya, kerahasiaan seputar operasi pada tanggal 7 Oktober membuktikan bahwa serangan itu semata-mata tentang perjuangan Palestina, dan tidak ada hubungannya dengan masalah internasional atau regional.
“Sejak revolusi Iran, Iran selalu secara terbuka menerima dan mendukung faksi-faksi perlawanan di Lebanon, Palestina, dan di wilayah tersebut."
"Namun, mereka tidak menjalankan wewenang atau kendali apa pun terhadap faksi-faksi tersebut atau kepemimpinan mereka. Dan apa yang terjadi membuktikan fakta ini.”
3. AS bertanggung jawab atas perang di Gaza
Nasrallah juga menyalahkan AS atas berlanjutnya kekerasan di Gaza.
“Gaza dan warga Gaza terguncang akibat pemboman udara yang biadab, ganas, brutal, kejam, dan tanpa ampun,” katanya.
Dia menuduh AS tetap diam melihat ribuan bayi dan anak-anak di Gaza yang "hancur" akibat rudal Israel.
Nasrallah mengatakan tanggapan AS mengungkap kemunafikan Barat terhadap isu-isu seperti demokrasi dan supremasi hukum.
“Kami tinggal di hutan. Kita semua harus membuktikan fakta ini. Amerika Serikat sepenuhnya bertanggung jawab atas perang yang berkecamuk di Gaza, melawan orang-orang yang tidak bersenjata dan tidak berdaya,” katanya.
Baca juga: Pemimpin Hizbullah Akhirnya Muncul ke Publik: AS di Belakang Israel Tak Akan Bikin Kami Takut
4. Hizbullah sudah ikut berperang sejak 8 Oktober
Nasrallah mengatakan bahwa Hizbullah memasuki perang sehari setelah serangan Hamas terjadi.
“Beberapa orang mengklaim bahwa kami akan terlibat dalam perang. Saya beritahu Anda, kami sudah terlibat dalam pertempuran ini sejak 8 Oktober,” kata Nasrallah.
“Perlawanan Islam di Lebanon mulai beroperasi keesokan harinya.”
“Apa yang terjadi di front kami sangat penting dan signifikan,” kata Nasrallah.
“Namun saya jamin ini bukanlah akhir. Ini tidak akan cukup.”
5. Meminta lebih banyak dukungan dari negara-negara Arab
Nasrallah juga menyerukan negara-negara Arab lainnya untuk membantu Gaza.
“Kami menyerukan negara-negara Arab dan Muslim untuk memutus pasokan minyak dan gas serta makanan dari Israel,” kata Nasrallah.
Ia membuat seruan yang sama yang dibuat Iran awal pekan ini.
Dia berkata bahwa dia berharap pada suatu saat nanti, seluruh umat manusia akan mendengarkan alasan yang masuk akal.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)