Taliban juga pernah memainkan peran besar dalam industri ini.
"(Taliban) menghasilkan sekitar $400 juta dari perdagangan antara tahun 2018 dan 2019 yang membantu mendanai kegiatannya," menurut laporan pejabat AS.
Namun, kelompok tersebut telah berjanji untuk menghilangkan usaha budidaya narkoba ini setelah merebut kekuasaan.
Taliban telah memberlakukan larangan resmi terhadap tanaman tersebut pada April 2022.
Hal ini terbukti berdampak buruk bagi petani pedesaan yang telah lama mengandalkan tanaman tersebut sebagai sumber pendapatan mereka, dan memperburuk krisis kemanusiaan yang terjadi, termasuk yang terburuk di dunia.
Lebih dari dua tahun setelah Taliban mengambil alih kekuasaan, warga Afghanistan terus berjuang melawan kekeringan dan dampak berkepanjangan perang dan bencana alam selama beberapa dekade.
Saat ini, lebih dari 40 persen warga Afghanistan menderita kerawanan pangan akut dan lebih dari separuhnya bergantung pada bantuan kemanusiaan.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)