"Tentara (Israel) menelepon beberapa staf kami malam itu dan mengatakan mereka akan membuat sabuk api di sekitar rumah sakit," ungkap seorang dokter di Rumah Sakit Rantisi, Suleiman Qaoud, masih dikutip dari AlJazeera.
Sekitar pukul 18.30 waktu setempat, pesawat tempur Israel menyerang area Rumah Sakit Jiwa dan Rumah Sakit Rantisi, melukai 35 orang, termasuk beberapa staf medis.
Dua jam kemudian, Rumah Sakit Rantisi serta sisi tenggara dan timur laut, terkena serangan.
Bangsal kanker anak-anak terletak di sisi timur laut rumah sakit, kata Qaoud.
Baca juga: Tentara Israel Mundur dari Gaza Utara, Brigade Al-Qassam Hancurkan 24 Kendaraan Militer Musuh
"Lebih dari 30 anak menerima pengobatan kemoterapi di sana," ujar dia.
Serangan kembali berlanjut untuk ketiga kalinya, menghantam halaman tempat ambulans dan kendaraan lain diparkir.
Halaman rumah sakit diketahui juga menjadi tempat keluarga pengungsi berlindung.
“Kami memiliki antara 80 dan 100 pasien, dan 700 keluarga pengungsi – yang berarti sekitar 5.000 orang,” kata Qaoud.
“Panel surya dan tangki air juga menjadi sasaran, artinya RS Rantisi tidak memiliki setetes air pun,” lanjut dia.
Serangan terhadap rumah sakit memaksa Rabaa al-Radee membawa cucunya yang sakit, Sidra, untuk berobat ke tempat lain.
Sidra mengidap penyakit kanker dan kakinya patah akibat kecelakaan saat melarikan diri dari bom Israel yang menghantam sekolah tempat mereka berlindung.
“Kami sampai di RS Kamal Adwan, tapi mereka malah menyuruh kami datang ke RS Rantisi,” kata Rabaa.
"Sekarang, Rantisi menyuruh kami pergi ke Rumah Sakit Shifa, tapi tidak ada ambulans atau mobil di jalan.”
Setidaknya 16 dari 35 rumah sakit di Gaza tidak berfungsi dan 51 dari 72 klinik kesehatan primer di wilayah itu telah ditutup sepenuhnya.