Rumah Sakit Jiwa, satu-satunya di Jalur Gaza, juga tidak mampu lagi merawat pasiennya.
“Kami akan menerima 50 hingga 70 pasien setiap hari, mulai dari mereka yang datang untuk mengambil obat hingga mereka yang datang untuk dirawat karena trauma psikologis akibat suara bom yang terus menerus,” kata Jamil Suleiman, Direktur Umum Rumah Sakit Jiwa.
“Luka di badan bisa sembuh, tapi luka psikologis jauh lebih dalam dan perlu perawatan kejiwaan,” sambungnya.
Jika rumah sakit di Gaza terus diserang, maka Dewan Keamanan PBB atau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak diperlukan, tambah Suleiman.
Baca juga: PM Yordania: Pengusiran Warga Palestina dari Gaza Kami Anggap Sebagai Deklarasi Perang
“Jika tidak ada jaminan terhadap hak-hak pasien, maka tidak ada gunanya badan kesehatan internasional hanya menyaksikan suatu populasi dibantai,” katanya.
“Mungkin jika kita adalah binatang, maka kita akan mendapatkan hak-hak kita.”
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)