News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

1,6 Juta Warga Gaza Jadi Pengungsi, Ribuan Menyelamatkan Diri ke Selatan dengan Berjalan Kaki

Penulis: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sedikitnya 4.324 anak-anak warga Palestina di Gaza terbunuh sejak Israel melakukan operasi militernya pada 7 Oktober 2023.

TRIBUNNEWS.COM, GAZA - Korban warga sipil Palestina terus berjatuhan memasuki hari ke-33 pertempuran pejuang Hamas dan pasukan pendudukan Israel di Jalur Gaza, Rabu 8 November 2023. 

Saat ini sudah 70 persen atau sekitar 1,6 juta dari 2,3 juta penduduk Kota Gaza berubah menjadi pengungsi, meninggalkan rumah mereka untuk menyelamatkan diri dari gempuran serangan udara jet tempur Israel berikut serangan pasukan artilerinya di hampir seluruh wilayah Gaza.

Selama satu bulan lebih pemboman tanpa henti di Gaza sejak serangan Hamas telah menewaskan lebih dari 10.300 warga Palestina – dua pertiga dari mereka adalah perempuan dan anak di bawah umur, menurut Kementerian Kesehatan Gaza di wilayah yang dikuasai Hamas.

Lebih dari 2.300 orang rakyat Palestina lainnya diyakini telah terkubur akibat serangan yang dalam beberapa kasus telah menghancurkan seluruh blok kota.

Mengutip Arab News, para pejuang Hamas membunuh lebih dari 1.400 orang, sebagian besar warga sipil Israel, dan sebagian besar dalam serangan 7 Oktober di mana mereka menangkap 242 orang, termasuk anak-anak dan orang lanjut usia.

Israel mengklaim hanya 31 tentaranya tewas di Gaza sejak serangan darat dimulai pada 7 Oktober 2023 lalu.

Ribuan warga Palestina melarikan diri ke selatan dengan berjalan kaki hanya dengan membawa apa yang bisa mereka bawa setelah kehabisan makanan dan air di Gaza utara, sebut sebuah badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Israel mengklaim pasukannya sedang memerangi militan Hamas jauh ke dalam kota Gaza.

Namun semakin banyaknya jumlah penduduk yang mengungsi ke wilayah selatan menunjukkan adanya situasi yang semakin menyedihkan di dalam dan sekitar kota terbesar di Gaza, yang telah mengalami pemboman besar-besaran oleh Israel.

Perang yang dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober di wilayah Israel telah memasuki bulan kedua, dengan situasi kemanusiaan yang semakin mengerikan di wilayah kantong Palestina yang terkepung dan belum terlihat adanya akhir.

Baca juga: Menteri Israel Keceplosan Ngomong Senjata Nuklir, Kemenlu Rusia Sindir IAEA Kemana Saja Selama Ini

Israel mengatakan perangnya untuk mengakhiri pemerintahan Hamas dan menghancurkan kemampuan militernya akan memakan waktu lama dan sulit. Israel menegaskan akan mempertahankan kendali atas wilayah pesisir tersebut tanpa batas waktu.

Dukungan terhadap perang ini tetap kuat di Israel, dimana fokusnya adalah pada penderitaan lebih dari 240 sandera warga Israel yang ditahan oleh Hamas dan kelompok militan lainnya.

Sekitar 15.000 rakyat Palestina meninggalkan Gaza utara Selasa lalu. Jumlah ini tiga kali lipat jumlah orang yang meninggalkan Gaza pada hari Senin – menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB.

Mereka menggunakan jalan raya utama utara-selatan Gaza selama empat jam setiap hari yang diumumkan oleh Israel.

Baca juga: MER-C: Israel Bikin Kebohongan Publik Seolah Rumah Sakit Indonesia Punya Bunker BBM untuk Hamas

Mereka mengungsi termasuk anak-anak, orang lanjut usia, dan penyandang disabilitas, dan sebagian besar berjalan kaki dengan membawa barang-barang seadanya, sebut badan PBB.

Beberapa mengatakan mereka harus melintasi pos pemeriksaan Israel, di mana mereka melihat ada yang ditangkap, sementara yang lain mengangkat tangan dan mengibarkan bendera putih saat melewati tank-tank Israel.

Baca juga: Mantan Komandan Perang Ukraina Meledek, Kiriman Senjata Korut ke Rusia Hanya 4 Persen yang Berfungsi

Warga melaporkan ledakan keras pada malam hari hingga Rabu hari ini terjadi di seluruh Kota Gaza dan di kamp pengungsi Shati, yang menampung keluarga-keluarga Palestina yang melarikan diri atau diusir dari tempat yang sekarang menjadi wilayah Israel selama perang tahun 1948 di sekitar pendirian kamp tersebut.

“Pemboman itu terjadi secara besar-besaran dan terjadi dalam jarak dekat,” kata Mohamed Abed, yang tinggal di lingkungan Sheikh Radwan di Kota Gaza. Dia mengatakan warga panik ketika mereka mendengar berita Selasa malam bahwa pasukan darat Israel sedang bertempur jauh di dalam kota.

Sumber: Al Jazera

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini