Ragu Israel Bisa Basmi Hamas, Menlu Yordania: Kami Lakukan Apapun untuk Hentikan Pengusiran Warga Gaza
Yordania akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk menghentikan pengusiran warga Palestina, kata menteri luar negerinya
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi menyiratkan keraguan kalau Tentara Israel bisa meleyapkan kelompok militan Palestina Hamas yang mereka lawan di Gaza.
Keraguan Safadi, merujuk pada cara militer Israel berperang melawan Hamas dengan membungihanguskan Gaza.
Terlebih, cara yang belum tentu efektif ini terbukti memakan banyak korban sipil Palestina di Gaza, hal terpenting mengancam keamanan nasional negara tetangga, termasuk Yordania.
Baca juga: PM Yordania: Pengusiran Warga Palestina dari Gaza Kami Anggap Sebagai Deklarasi Perang
“Israel mengatakan ingin melenyapkan Hamas. Ada banyak orang militer di sini, saya hanya tidak mengerti bagaimana tujuan ini bisa diwujudkan,” kata Ayman Safadi.
Dia memperingatkan Yordania akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk menghentikan pengusiran warga Palestina.
Relokasi warga sipil GAza ini terjadi di tengah pemboman besar-besaran Israel di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas sebagai pembalasan atas serangan 7 Oktober oleh Hamas dan militan lain Palestina.
“Kami tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi, selain merupakan kejahatan perang, hal itu juga merupakan ancaman langsung terhadap keamanan nasional kami. Kami akan melakukan apa pun untuk menghentikannya,” kata Safadi pada pertemuan puncak keamanan Dialog IISS Manama di Bahrain, Sabtu (18/11/2023).
Ancaman Perang Meluas Secara Regional
Perang Israel-Hamas telah membangkitkan kembali ketakutan yang sudah lama ada di Yordania, yang merupakan rumah bagi sejumlah besar pengungsi Palestina dan keturunan mereka.
Mereka khawatir Israel akan mengusir warga Palestina secara massal dari Tepi Barat yang diduduki Israel, tempat serangan pemukim Israel terhadap warga Palestina meningkat sejak serangan 7 Oktober.
“Perang ini tidak membawa kita ke mana-mana, melainkan menuju konflik yang lebih besar, penderitaan yang lebih besar, dan ancaman yang akan meluas menjadi perang regional,” kata Safadi.
Israel tidak segera menanggapi komentar Safadi, termasuk seruan untuk segera melakukan gencatan senjata dan mengakhiri pertempuran.
Namun, Brett McGurk, koordinator Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih untuk Timur Tengah, mengatakan bahwa langkah Hamas membebaskan sandera akan jadi kunci adanya gencatan senjata untuk sementara waktu.
“Pembebasan sandera dalam jumlah besar akan mengakibatkan jeda yang signifikan dalam pertempuran... dan (peluang) gelombang besar bantuan kemanusiaan, ” kata dia.
“Tidak ada jalan untuk kembali ke peristiwa 6 Oktober. Hal ini berlaku bagi Israel. Hal ini juga berlaku bagi warga Palestina,” kata McGurk.
“Tidak ada negara yang bisa hidup dengan ancaman teror seperti yang kita lihat dari serangan Hamas pada 7 Oktober di perbatasan mereka. Dan pada saat yang sama, rakyat Palestina berhak mendapatkan kebutuhan dan memerlukan rasa aman serta hak untuk menentukan nasib sendiri,” kata dia.
Diplomat utama Uni Eropa, Josep Borrell, menambahkan: “Dapat dimengerti bahwa tanpa kebebasan para sandera, tidak ada yang bisa diselesaikan.”
Safadi kemudian membalas dengan tajam: “Israel menyandera 2,3 juta warga Palestina.”