News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Filipina Risau, Laut China Selatan Makin Tak Aman, Ajak Tetangga di ASEAN Beraliansi

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kapal Penjaga Pantai China (atas) dan kapal pasokan Filipina terlibat dalam stand off saat kapal Filipina berusaha mencapai Second Thomas Shoal di Laut China Selatan yang diklaim oleh kedua negara. Foto diambil pada 19 Maret 2014.

TRIBUNNEWS.COM, MANILA - Filipina kini makin risau oleh kondisi geopolitik di Laut China Selatan yang makin tak aman. Ketegangan di perairan ini beberapa kali meningkat oleh manuver kapal-kapal perang China.

Hal itu membuat Filipina mengajak negara-negara tetangganya di kawasan ASEAN seperti Malaysia dan Vietnam untuk beraliansi.

Filipina mengajak kedua negara tersebut menyusun kode etik baru terkait aktivitas maritim di Laut China Selatan. Filipina sendiri kecewa atas lambatnya progres menuju kesepakatan pakta regional yang lebih luas dengan China.

Saat berbicara di Hawaii, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. mengatakan meningkatnya ketegangan di Laut Cina Selatan membuat Filipina bermitra dengan sekutu dan tetangganya untuk menjaga perdamaian.

Marcos Jr. menyebut situasi keamanan di Laut China Selatan saat ini lebih mengerikan dari sebelumnya.

"Kami telah mengambil inisiatif untuk melakukan pendekatan kepada negara-negara lain di sekitar ASEAN yang mempunyai konflik teritorial, Vietnam adalah salah satu negara tersebut, Malaysia adalah negara lain dan membuat kode etik kami sendiri," ujarnya.

"Semoga hal ini dapat semakin berkembang dan meluas ke negara-negara ASEAN lainnya," kata Marcos, dikutip Reuters.

Pernyataan Marcos tersebut keluar setelah melakukan pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping pada hari Jumat pekan lalu di sela-sela forum Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik di San Francisco.

Keduanya membahas cara-cara untuk mengurangi ketegangan di perairan strategis yang disengketakan setelah serangkaian konfrontasi tahun ini.

Baca juga: Jet Tempur Tiongkok Berada dalam Jarak 3 Meter dari Pesawat Pembom AS di Laut China Selatan

Dalam beberapa tahun terakhir, ASEAN dan China telah berupaya menciptakan kerangka kerja untuk menegosiasikan kode etik, sebuah rencana yang sudah ada sejak tahun 2002.

Namun kemajuannya berjalan lambat. Baca Juga: Jepang Gelar Latihan Militer di Laut China Timur, Pakai Kendaraan Serbu Amfibi "Kami masih menunggu kode etik antara China dan ASEAN, namun sayangnya kemajuannya agak lambat," kata Marcos menyinggung masalah tersebut.

China mengklaim kepemilikan atas wilayah di Laut China Selatan dengan dasar “sembilan garis putus-putus” yang melingkar sejauh 1.500 km (900 mil) di selatan daratan China. Titik tersebut memotong zona ekonomi eksklusif (ZEE) Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina dan Vietnam.

Baca juga: Filipina Singkirkan Penghalang Terapung yang Dipasang China di Laut China Selatan

Filipina dan China telah dalam konfrontasi selama bertahun-tahun perairan tersebut dan menjadi semakin intens dalam beberapa bulan terakhir.

China bahkan diketahui telah mengubah terumbu karang yang tenggelam menjadi instalasi militer yang dilengkapi dengan radar, landasan pacu dan sistem rudal, beberapa di antaranya berada di dalam ZEE Filipina

Laporan Prihastomo Wahyu Widodo | Sumber: Kontan

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini