Pangeran Arab Saudi Serukan Setop Ekspor Senjata ke Israel, AS Respons Kirim Peluru Artileri 155 MM ke IDF
TRIBUNNEWS.COM - Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed Bin Salman, menyerukan penghentian ekspor senjata ke Israel dari negara manapun.
Seruan itu dilontarkan Pangeran Salman saat berbicara secara online di KTT BRICS pada Selasa (21/11/2023).
Laporan saluran resmi media Arab Saudi, Al-Ekhbariya, menyebut Putra Mahkota mencatat kalau “bencana kemanusiaan di Gaza semakin parah dari hari ke hari, dan solusi tegas harus diterapkan,”.
Dia juga mendesak “penghentian segera operasi militer dan pembentukan koridor kemanusiaan untuk memberikan bantuan kepada warga sipil di wilayah tersebut.”
Baca juga: Arab Saudi Marah Lihat Kondisi di Gaza, Apa Aksi Mereka Saat Israel Tolak Gencatan Senjata?
"Pendirian (sikap) Kerajaan ini adalah konstan dan tegas; tidak ada cara untuk mencapai keamanan dan stabilitas di Palestina kecuali melalui implementasi keputusan internasional terkait solusi dua negara," ujarnya.
AS Terus Suplai Amunisi ke IDF
Setelah seruan itu, Amerika Serikat (AS) dilaporkan terus memasok tentara Israel (IDF) amunisi yang dibutuhkan dalam perang Gaza melawan milisi pembebasan Palestina, Hamas.
Memo melansir, Pentagon mengatakan pihaknya terus memasok Israel dengan peluru artileri 155 mm, amunisi berpemandu presisi, dan sistem pertahanan udara, di tengah kecaman internasional atas pengabaian Israel terhadap nyawa warga sipil di Gaza.
"Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan kemarin, Pentagon menambahkan kalau mereka “memberikan bantuan militer kepada pasukan (Israel) dari pangkalan Amerika yang berada di dalam (Israel) dan dari tempat lain,” tulis laporan tersebut
Diketahui, Pemerintahan Presiden Joe Biden telah menjanjikan bantuan militer sebesar 14,3 miliar dolar AS kepada Israel, di samping bantuan tahunan sebesar 3,4 miliar dolar AS.
"Dukungan militer yang tak tergoyahkan terhadap Israel adalah satu di antara isu langka yang mempertemukan Partai Demokrat dan Republik di Kongres dan Senat," tulis Memo dalam ulasannya.
Sebuah laporan oleh Layanan Penelitian Kongres mengungkapkan kalau sejak 7 Oktober, pemerintahan Biden telah mempercepat penyediaan bantuan militer dan keamanan ke Israel, termasuk “bom berdiameter kecil (250 pon), rudal pencegat, amunisi serangan langsung gabungan, dan peluru artileri 155 mm.”
Baca juga: Ini Negara Arab Pertama yang Menyerukan Hamas untuk Mengalah dan Bebaskan Sandera Israel
Lebih dari 30 organisasi bantuan kemanusiaan Internasional telah mengirimkan surat kepada Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin yang mendesaknya untuk tidak mengirimkan peluru kaliber 155 mm.
Secara khusus, peluru itu menjadi concern terbesar karena peluru tersebut bersifat sembarangan (menyasar target) dan digunakan di Jalur Gaza, salah satu wilayah yang paling padat penduduknya. wilayah di dunia.”
Sementara itu, New York Times melaporkan kalau beberapa anggota parlemen AS bertanya-tanya apakah usulan penjualan komersial langsung 24.000 senapan serbu senilai 34 juta dolar AS ke Israel akan berakhir di tangan pemukim ilegal, sehingga menimbulkan kekacauan di Tepi Barat yang diduduki.
Selama 46 hari berturut-turut, pasukan pendudukan Israel, dengan dukungan Amerika Serikat dan tentara bayaran, melancarkan agresi dahsyat terhadap Jalur Gaza yang terkepung, menewaskan sedikitnya 14.128 warga Palestina, 5.840 di antaranya anak-anak, dan hampir 6.800 lainnya dilaporkan hilang, selain lebih dari 30.000 orang terluka.
Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid, dan gereja telah rusak atau hancur akibat serangan udara dan darat Israel terhadap wilayah kantong yang terkepung tersebut.
Sementara itu, korban tewas di Israel adalah sekitar 1.200 orang, menurut angka resmi.
(oln/Memo/*)