Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK – Tiga pemuda yang merupakan warga negara Palestina menjadi korban penembakan di dekat Universitas Vermont, Amerika Serikat (AS) pada Minggu (26/11/2023) malam waktu setempat.
Ketiganya diidentifikasi sebagai Hisham Awartani, Kinnan Abdel Hamid dan Tahseen Ahmed. Mereka belajar di tiga universitas berbeda di Amerika.
Menurut Komite Anti-Diskriminasi Amerika-Arab (ADC), dua korban berada dalam perawatan intensif sementara satu orang akan menjalani rawat jalan.
Baca juga: Niat Bubarkan Hamas, Kepala Staf IDF: Israel akan Kembali Serang Gaza usai Gencatan Senjata Berakhir
“Kami sangat tertekan dengan insiden baru-baru ini yang melibatkan tiga lulusan kami,” kata Ramallah Friends School di Tepi Barat yang diduduki, tempat ketiganya belajar, dalam sebuah pernyataan di Facebook.
“Meskipun kami lega mengetahui mereka masih hidup, kami tetap tidak yakin dengan kondisi mereka. Kami menyampaikan rasa duka dan doa kami kepada mereka dan keluarga mereka agar mereka bisa pulih sepenuhnya, terutama mengingat parahnya kondisi mereka,” sambungnya.
Keluarga dari tiga mahasiswa itu telah mendesak aparat penegak hukum untuk melakukan penyelidikan menyeluruh atas insiden tersebut, “termasuk memperlakukan ini sebagai kejahatan rasial”.
“Kami tidak akan merasa nyaman sampai penembaknya diadili,” kata keluarga korban dalam pernyataan bersama.
“Kita perlu memastikan bahwa anak-anak kita terlindungi, dan kejahatan keji ini tidak terulang kembali. Tidak ada keluarga yang harus menanggung rasa sakit dan penderitaan ini,” tambahnya.
Baca juga: PBB: 137 Truk Bantuan Turun ke Gaza Sejak Gencatan Senjata Dimulai
Insiden ini terjadi di tengah meningkatnya sentimen anti-Palestina di AS, dimana politisi Partai Republik dan Demokrat mendukung perang Israel di Gaza meskipun jumlah korban tewas warga Palestina meningkat dan tuduhan kejahatan perang semakin meningkat.
Serangan darat dan udara Israel di Jalur Gaza yang terkepung sejauh ini telah menewaskan lebih dari 15.000 warga Palestina, dan menyebabkan sebagian besar wilayah Jalur Gaza hancur.