Saat Israel siap melancarkan serangan darat di Gaza, pihak AS mendapat kabar bahwa Hamas telah menyetujui parameter kesepakatan untuk membebaskan perempuan dan anak-anak.
Artinya, ada jeda perang dan penundaan dalam invasi darat Israel.
Baca juga: Pengakuan Sandera Hamas dan Tahanan Israel: Alami Siksaan Tapi Ada yang Diberikan Makan Enak
Para pejabat AS berdebat dengan Israel apakah serangan darat harus ditunda.
Pihak Israel berpendapat bahwa persyaratan yang ada tidak cukup tegas untuk menunda serangan darat karena tidak ada bukti para tawanan masih hidup.
Israel meningkatkan serangan daratnya ke Gaza tiga hari kemudian, atau pada 27 Oktober.
30 Oktober
Menurut militer Israel, tawanan kelima, seorang tentara bernama Ori Megidish, diselamatkan pada tanggal 30 Oktober dalam serangan darat di Gaza.
Juru bicara Hamas mengatakan tentara tersebut tidak ditahan oleh kelompoknya.
Ada kemungkinan dia ditahan oleh warga sipil atau pihak tertentu di Gaza.
Negosiasi Berminggu-minggu
Selama tiga minggu berikutnya, Joe Biden terlibat dalam pembicaraan terperinci soal pembebasan tawanan.
Hamas diminta memberikan daftar tawanan yang ditahan, informasi identitas mereka, dan jaminan pembebasan.
Baca juga: Pemerintahan Joe Biden Terbelah Soal Israel, Amerika Serikat Bakal Akui Kemerdekaan Palestina?
Prosesnya memakan waktu lama dan terkadang berjalan sangat lambat.
Komunikasi sulit dilakukan, dan pesan harus disampaikan dari Doha atau Kairo ke Gaza dan kembali lagi sebelum disampaikan ke Israel dan Amerika Serikat, menurut para pejabat.
Berdasarkan perjanjian yang mulai terbentuk, perempuan dan anak-anak yang ditawan akan dibebaskan pada tahap pertama, bersamaan dengan pembebasan tahanan Palestina dari pihak Israel.
Israel bersikeras bahwa Hamas memastikan semua perempuan dan anak-anak ikut serta dalam fase ini.