TRIBUNNEWS.COM -- Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan gencatan senjata di Gaza dianggap bukan sebagai solusi.
Meski demikian, PBB terus mendorong agar Hamas dan Israel terus melepaskan sandera mereka.
“Gencatan senjata merupakan langkah ke arah yang benar, merupakan simbol harapan, namun tidak menyelesaikan masalah-masalah utama yang kita hadapi," kata Sekjen PBB pada konferensi bersama dengan Moussa Faki Mahamat, Ketua Komisi Uni Afrika dikutip dari kantor berita TASS.
Menurutnya, yang harus dilakukan adalah gencatan senjata kemanusiaan, yang mengarah pada perdamaian tanpa syarat dan tanpa syarat.
Baca juga: Pejuang Hamas Undang Elon Musk Kunjungi Jalur Gaza, Melihat Bekas Pembantaian yang Dilakukan Israel
"Pembebasan segera semua sandera dan kemungkinan memberikan bantuan kemanusiaan yang efektif kepada semua orang di Gaza di mana pun mereka tinggal,” kata Guterres.
Pada Selasa (28/11/2023) Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah mengkonfirmasi bahwa militan Hamas telah menyerahkan 12 sandera lagi kepada Palang Merah.
"Berdasarkan informasi yang diterima dari Palang Merah, 12 sandera – termasuk sepuluh warga Israel dan dua warga negara asing – sedang dalam perjalanan menuju wilayah Israel."
Jeda kemanusiaan selama empat hari di Jalur Gaza telah dicapai melalui mediasi Qatar dan Mesir.
Perjanjian tersebut menetapkan pembebasan 50 perempuan dan anak-anak di bawah usia 19 tahun yang ditahan di Gaza dengan imbalan pembebasan 150 perempuan dan anak-anak di bawah usia 19 tahun dari penjara Israel.
Gencatan senjata mulai berlaku di Jalur Gaza pada pukul 08:00 waktu setempat (06:00 GMT) pada tanggal 24 November dan kelompok sandera pertama dibebaskan pada hari yang sama.
Baca juga: Gencatan Senjata Hari ke-5: Hamas Bebaskan 12 Sandera, Ditukar 30 Tahanan Palestina
Israel dan Hamas, melalui mediator, mencapai kesepakatan mengenai perpanjangan gencatan senjata di Gaza mulai pukul 7:00 waktu setempat (5:00 GMT) pada 28 November selama dua hari lagi.