TRIBUNNEWS.COM - Petinggi Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), Osama Hamdan memberikan tiga pilihan nasib untuk Israel jika agresi di Jalur Gaza terus berlanjut.
Osama Hamdan menyoroti kegagalan Israel membebaskan sandera di Jalur Gaza dan malah menembak tiga sandera pada Jumat (15/12/2023) lalu.
“Posisi kami tegas, yaitu tidak ada pembicaraan negosiasi sebelum menghentikan agresi," kata Osama Hamdan kepada Al-Mayadeen, Minggu (17/12/2023).
Dia juga menekankan Hamas mampu bertahan selama berbulan-bulan melawan Israel.
“Pendudukan mempunyai pilihan berikut: pilihan (Gilad) Shalit, pilihan tentara yang terbunuh oleh peluru rekan-rekan mereka, atau pilihan Ron Arad,” kata Osama Hamdan menyebutkan apa yang terjadi pada tentara Israel di masa lalu.
Gilad Shalit adalah seorang tentara Israel yang diculik oleh Brigade Al-Qassam pada 2006.
Baca juga: Turki Minta Bantuan Amerika Desak Israel Hentikan Serangan di Gaza
Israel mencoba menemukan Gilad Shalit selama bertahun-tahun, meskipun melancarkan lebih dari satu agresi terhadap Jalur Gaza, sampai Hamas berhasil menukarnya dengan lebih dari seribu tahanan pada tahun 2011, termasuk Yahya Sinwar, pemimpin Hamas saat ini.
Adapun Ron Arad adalah pilot Israel yang jejaknya hilang di Lebanon setelah pesawatnya ditembak jatuh pada tahun 1986.
"Israel tidak mampu mengakses informasi penting apa pun tentang nasibnya (Ron Arad)," kata Osama Hamdan.
Osama Hamdan menambahkan posisi Hamas jelas dan tidak akan melakukan negosiasi sebelum adanya kesepakatan gencatan senjata.
Baca juga: Israel Didesak untuk Gencatan Senjata setelah Tentara IDF Mengakui Bantai 3 Sandera Israel di Gaza
Hamas: Israel Gagal Mencapai Tujuan
Osama Hamdan berpendapat, Israel gagal mencapai semua tujuan mereka sepanjang pertempuran sejak 7 Oktober 2023.
"Tidak ada yang tahu bagaimana Sinwar mengelola pertempuran dan para pemimpin merasa nyaman dalam mengelolanya. Ada keselarasan kerja antara kepemimpinan Hamas dan kepemimpinan Brigade Qassam,” katanya.
Petinggi Hamas itu menilai pernyataan Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, mengungkapkan perselisihan antara Israel dan AS hanya terlihat di luar dan bukan apa yang sebenarnya terjadi.