Ia menilai, AS yang merupakan sekutu Israel tidak bersedia memperluas pertempuran seperti yang diharapkan Netanyahu.
Sementara itu, Hamas berupaya memperkuat hubungannya dengan perlawanan di Lebanon.
“Pola efektivitas perlawanan di Lebanon dalam mendukung Gaza dilakukan dengan bijak dan cerdas,” katanya.
"Poros perlawanan menegaskan bahwa mereka bergerak secara harmonis dan ini penting untuk pertempuran ini dan untuk pertempuran di masa depan,” lanjutnya.
Baca juga: Serangan Terbaru Israel di Kamp Pengungsi Jabalia, Putra Jubir Kelompok Jihad Islam Palestina Tewas
Hamas Palestina vs Israel
Sebelumnya, Israel melakukan pengeboman besar-besaran untuk menanggapi Hamas yang memulai Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Hamas mengatakan, serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, seperti diberitakan Al Arabiya.
Kelompok tersebut menculik 240 orang dari wilayah Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di wilayah Israel, yang direvisi menjadi 1.147.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan perang melawan Hamas dan meluncurkan pasukan ke Jalur Gaza pada keesokan harinya.
Pemboman Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 19.088 warga Palestina dan melukai lebih dari 54.450 lainnya sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Minggu (17/12/2023), lebih dari 2,2 juta warga Palestina menjadi pengungsi, dikutip dari WAFA.
Kekerasan juga meningkat di Tepi Barat, terutama setelah Israel melakukan penyerbuan besar-besaran ke wilayah yang dikuasai Otoritas Pembebasan Palestina (PLO) tersebut.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel