Ancaman Houthi Bikin Satpam Bersenjata Panen Emas di Laut Merah, AS Tawarkan Jasa Marinir ke Kapal Komersial ?
TRIBUNNEWS.COM -Satuan tugas (Satgas) Maritim bentukan Amerika Serikat (AS) di Laut Merah dilaporkan tengah memikirkan sejumlah rencana taktis dalam membangun koridor yang aman bagi pelayaran komersial.
Langkah taktis pengamanan di Laut Merah ini sebagai respons terhadap serangan pasukan Yaman, termasuk kelompok Ansarallah Houthi, terhadap kapal-kapal berentitas Israel.
Laporan Financial Times (FT) pada Rabu (20/12/2023), mengutip tiga narasumber yang mengetahui soal ini, Satgas Laut itu tengah membahas beberapa opsi.
Baca juga: Laut Merah Membara, Arab Saudi Diuji: Tunduk Pada Perintah AS atau Berdamai dengan Yaman
Laporan itu menyebut, rencana yang saat ini dibahas adalah kapal angkatan laut NATO akan menembak jatuh drone dan serangan rudal oleh pasukan Yaman yang dipimpin Ansarallah.
Opsi lain adalah mengawal kapal komersial dalam konvoi melalui selat sempit Bab al-Mandeb, pintu masuk Laut Merah.
Laporan menyebut, opsi pertama cenderung menjadi pilihan meski belum ada keputusan yang dibuat.
“Kapal dan pesawat dari berbagai negara sedang dan akan terus bergabung dengan Amerika Serikat dalam melakukan pengawasan maritim dan mengambil tindakan defensif yang diperlukan untuk melindungi kapal komersial dari ancaman yang ditimbulkan oleh [Ansarallah],” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby pada hari Selasa. .
Seorang pejabat AS mengatakan kalau rencana tersebut masih dalam tahap awal dan bisa saja berubah.
Houthi Tak Mundur
Adapun pihak Ansarallah Houthi Yaman menyatakan tidak akan mundur dari serangan-serangan mereka terhadap kapal-kapal berentitas Israel di Laut Merah.
“Kami tidak akan berdiam diri jika Amerika tergoda untuk melakukan tindakan bodoh dengan menargetkan negara kami atau berperang melawan negara kami,” kata pemimpin Ansarallah Abdul Malik al-Houthi dalam pidatonya pada Rabu.
“Setiap orang Amerika yang menargetkan negara kami akan menjadi sasaran kami, dan kami akan menjadikan kapal perang, kepentingan, dan navigasi Amerika sebagai target rudal, drone, dan operasi militer kami,” katanya dalam pidato yang disiarkan televisi.
Inisiatif AS ini muncul ketika lebih dari 100 kapal komersial yang sedianya berlayar melewati Laut Merah dan Terusan Suez, merupakan jalur pelayaran 10 persen perdagangan melalui laut, memutar balik dan memilih mengambil rute yang lebih panjang mengitari Afrika menuju Eropa.
"Perusahaan pelayaran telah memutuskan untuk melakukan perjalanan keliling Afrika, yang jaraknya 3.200 mil lebih lama dan menambah waktu pengiriman selama dua minggu, menyusul serangan Ansarallah terhadap setidaknya 15 kapal di wilayah tersebut sejak 18 November," tulis laporan FT.
Ansarallah telah bersumpah untuk menyerang kapal mana pun yang memiliki hubungan dengan Israel sebagai upaya mereka mendukung Gaza, tempat Israel melakukan apa yang oleh para pemimpin kelompok perlawanan Yaman dianggap sebagai Genosida.
Baca juga: Pimpinan Tertinggi Houthi Yaman Deklarasikan Siap Tempur Hadapi Serangan Langsung Israel
Satpam Kapal Komersil Panen Cuan
Hampir semua perusahaan pelayaran peti kemas terbesar di dunia termasuk MSC, AP Moller-Maersk dan CMA CGM tidak lagi mengirimkan kapal melalui Laut Merah dan Terusan Suez.
Perusahaan minyak BP dan Equinor juga telah menghentikan pengiriman melalui jalur perairan strategis tersebut.
“Kami dapat dengan jelas melihat penurunan jumlah kapal kontainer yang menuju Teluk Aden dan Laut Merah,” kata Jean-Charles Gordon, direktur pelacakan kapal di Kpler, penyedia data perdagangan.
Solidaritas Ansrallah terhadap Palestina menyebabkan perusahaan pelayaran yang masih berencana berlayar melalui Laut Merah berniat menambah tim keamanan bersenjata di kapal mereka.
Pihak satuan pengamanan (Satpam) kapal komersial privat mengakui kalau jumlah pesanan permintaan jasa pengamanan kapal, naik tajam.
Dimitris Maniatis, chief operating officer Seagull Maritime, sebuah perusahaan keamanan maritim, mengatakan kalau permintaan jasa telah “meningkat pesat.”
“Ini adalah demam emas,” katanya.
Dia menambahkan kalau perusahaan pelayaran meminta tim satpam yang terdiri dari enam hingga delapan penjaga, utamanya yang memiliki pengalaman tempur garis depan.
“Sampai saat ini, kami maksimal bertiga,” kata dia.
Namun, masih belum jelas apa manfaat dari rincian tugas Satpam tersebut ketika menghadapi serangan drone dan rudal yang menjadi senjata Ansarallah.
AS Tawarkan Jasa Marinir ke Kapal Komersial?
Pengakuan dari Dimitris Maniatis menimbulkan spekulasi kalau AS juga akan menawarkan jasa pelaut dan marinir bersenjata di kapal komersial yang melakukan perjalanan melalui Laut Merah.
Layanan jasa pengamanan ini pernah ditawarkan AS ke kapal-kapal komersial yang hendak melalui Selat Hormuz di Perairan Teluk pada Agustus 2023.
Saat itu, jalur pelayaran internasional tersebut berada dalam ancaman Iran yang menyita kapal yang berlayar di rute tersebut.
Pada Juli 2023, militer Iran menyita sebuah kapal tanker komersial dengan alasan pihaknya mendapat perintah dari pengadilan Iran untuk menyita kapal tersebut di perairan Teluk.
Dilansir Reuters, AS merespons dengan bersiap menawarkan jasa Marinir terlatih mereka untuk berada di kapal-kapal yang akan melintasi Selat Hormuz berada di antara Iran dan Oman.
"Namun pejabat itu mengatakan pada akhirnya terserah pada kapal komersial apakah akan meminta pasukan untuk melakukan bagian perjalanan yang sangat berbahaya di Selat Hormuz," tulis laporan Reuters.
US Naval Institute (USNI) dalam lansirannya merinci, marinir terlatih AS itu adalah anggota Unit Ekspedisi Marinir ke-26 (Kemampuan Operasi Khusus) yang menaiki tiga kapal Bataan Amphibious Ready Group.
"Mereka diterbangkan dari kapal di Eropa dan tiba di Bahrain untuk pelatihan sebagai tim keamanan kapal, dan tim pelaut tambahan yang sudah dikerahkan atau ditempatkan di wilayah Komando Pusat AS sedang menjalani pelatihan," kata seorang pejabat AS yang mengetahui rencana tersebut, tulis USNI.
Kapal Tanker Ikut Ubah Rute?
Menurut FT, belum diketahui pasti apakah kapal tanker minyak dan gas serta kapal curah akan menyewa jasa pengaman serta mengubah ulang jalur pelayaran keliling Afrika.
Pengiriman minyak dan gas alam cair tidak hanya bergerak ke utara melalui Terusan Suez ke Eropa, namun juga ke selatan melalui terusan dari Rusia menuju Asia.
Rusia mulai mengekspor minyak ke Asia setelah dimulainya perang Ukraina tahun 2022.
Negara-negara Eropa yang berusaha mengisolasi Rusia memutuskan hubungan dengan gas alam murah yang disediakan oleh Rusia dan malah beralih mengimpor gas alam cair yang lebih mahal melalui kapal tanker dari AS dan negara-negara Teluk.
(oln/*/rtrs/FT/TC)