Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK – Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) kembali menunda pemungutan suara yang rencananya dilakukan pada Kamis (21/12/2023) untuk resolusi perang antara Israel dengan kelompok militan Palestina Hamas.
Penundaaan itu terjadi ketika Amerika Serikat (AS), yang telah menentang sejumlah usulan selama penyusunan resolusi, mengatakan pihaknya siap mendukung resolusi tersebut.
"Jika resolusi tersebut diajukan sebagaimana adanya, maka kami dapat mendukungnya,” kata Linda Thomas-Greenfield, Duta Besar AS untuk PBB.
Baca juga: 2,3 Juta Penduduk Gaza Berisiko Menderita Kelaparan Akut Akibat Perang Israel-Hamas
Dia membantah bahwa rancangan resolusi tersebut telah dipermudah.
“Rancangan resolusi tersebut merupakan resolusi yang sangat kuat dan didukung penuh oleh kelompok Arab,” ujarnya.
Perselisihan diplomatik di markas besar PBB yang membuat pemungutan suara ditunda beberapa kali minggu ini terjadi di tengah memburuknya kondisi di Gaza dan meningkatnya jumlah korban jiwa.
Israel, yang didukung oleh sekutunya Amerika Serikat, menentang istilah "gencatan senjata", dan Washington telah menggunakan hak vetonya dua kali untuk menggagalkan resolusi yang ditentang oleh Israel sejak awal perang.
“Sepertinya AS telah mengambil keuntungan penuh dari keinginan anggota Dewan lainnya untuk menghindari veto. Namun rancangan undang-undang yang dihasilkan mulai terlihat sangat lemah di banyak bagian,” ungkap Richard Gowan, analis International Crisis Group.
Resolusi tersebut menuntut semua pihak mengizinkan dan memfasilitasi penggunaan semu rute baik menuju dan di seluruh Jalur Gaza, termasuk penyeberangan perbatasan untuk penyediaan bantuan kemanusiaan.
Baca juga: Kantor PM Israel Unggah Video Netanyahu Bertemu Keluarga Tentara Israel yang Terbunuh di Gaza
Jutaan Penduduk Gaza Menderita Kelaparan Akut
Tertundanya kembali pemungutan suara di DK PBB juga terjadi saat 2,3 juta penduduk Gaza menderita kelaparan akut karena pasokan makanan yang mulai menipis seiring dengan berlangsungnya perang antara Israel dengan kelompok militan Palestina Hamas.
Menurut Laporan Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC), proporsi rumah tangga di Gaza yang terkena dampak kerawanan pangan akut tingkat tinggi adalah yang terbesar yang pernah tercatat secara global.
Tingkat kelaparan di Gaza bahkan telah melampaui kelaparan yang hampir terjadi di Afghanistan dan Yaman dalam beberapa tahun terakhir.
“Ini adalah situasi di mana hampir semua orang di Gaza kelaparan,” kata Arif Husain, kepala ekonom WFP.
“Orang-orang sangat dan sangat dekat dengan wabah penyakit dalam jumlah besar karena sistem kekebalan tubuh mereka menjadi sangat lemah karena mereka tidak mendapatkan cukup makanan,” sambungnya.
Distribusi bantuan di Gaza terhambat oleh operasi militer, inspeksi bantuan yang diminta oleh Israel, terputusnya jaringan komunikasi dan kekurangan bahan bakar.