Katanya, Israel ingin menduduki Jalur Gaza dan membangun kembali blok pemukiman Yahudi, yang sempat dievakuasi pada tahun 2005 kemarin.
Inisiatif Israel selama puluhan tahun yang dikenal sebagai 'Rencana Transfer' – yang awalnya dirumuskan oleh milisi Zionis yang beroperasi di Palestina, dan kemudian didukung oleh pemerintah Israel pasca tahun 1948 – menyerukan pengusiran massal warga Palestina ke Gurun Sinai.
Baca juga: Kabinet Perang Israel dan Elit Militer Mulai Terpecah, Netanyahu Sampai Batalkan Pertemuan
Setelah pendudukan Israel di Tepi Barat pada tahun 1967, gagasan untuk mendorong warga Palestina menuju Yordania dimasukkan dalam 'Rencana Transfer'.
Israel memaksa banyak warga Palestina untuk bermigrasi ke Yordania selama bertahun-tahun, terutama setelah tahun 1967 dan seiring dengan pesatnya perluasan pemukiman ilegal di Tepi Barat yang diduduki.
'Rencana Transfer' tidak pernah dilaksanakan secara resmi.
Gagasan ini bahkan tercatat sebagai salah satu pelanggaran terhadap Resolusi PBB 194, yang dikeluarkan pada tahun 1948 dan yang melegitimasi hak kembali bagi pengungsi Palestina yang diusir dari rumah mereka.
Baca juga: Jawaban Netanyahu usai Erdogan Tuding PM Israel Mirip Hitler, Sebut Turki Genosida Suku Kurdi
Sejak dimulainya perang, bantuan yang mengalir ke Gaza jauh dari kata cukup untuk mengatasi situasi kemanusiaan yang makin memprihatinkan.
Di tengah meningkatnya kekhawatiran, Amerika Serikat (AS) telah memveto dua resolusi PBB yang mendesak gencatan senjata segera.
Sebuah resolusi disahkan pada tanggal 22 Desember, setelah tertunda selama berhari-hari dan dipermudah secara signifikan atas desakan Washington.
Resolusi tersebut tidak menyebutkan gencatan senjata.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)