Jumlah Korban Tewas dari Ledakan di Iran Bertambah Jadi 103 Orang, Ternyata 2 Dua Bom, Ulah Siapa?
TRIBUNNEWS.COM - Jumlah korban tewas karena ledakan di kota Kerman, di Iran tenggara, Rabu (3/1/2024) bertambah menjadi 103 korban jiwa.
Adapun korban luka-luka sejauh ini, dilansir CNN, tercatat menjadi 141 orang.
Laporan menjelaskan, ada dua bom yang meledak saat kerumuman berkumpul dalam peringatan empat tahun tewasnya, komandan Garda Revolusi Iran, Jenderal Qasem Soleimani.
Baca juga: BREAKING NEWS Ledakan Guncang Iran di Dekat Makam Jenderal Soleimani, 20 Tewas, 50 Luka-luka
"Dua ledakan di dekat lokasi makam komandan militer Qasem Soleimani yang terbunuh, dalam apa yang oleh para pejabat disebut sebagai serangan teror," tulis CNN mengutip laporan media pemerintah Iran, IRNA.
Ledakan pertama terjadi pada jarak 700 meter dari makam Soleimani.
:Ledakan kedua terjadi 0,6 mil (1 kilometer) jauhnya (dari makam Soleimani) saat para peziarah mengunjungi lokasi tersebut," tambah laporan IRNA.
Soleimani terbunuh oleh serangan udara AS yang diperintahkan oleh mantan Presiden Donald Trump di Bandara Internasional Baghdad pada 2020 lalu.
Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut.
Video yang diposting di media pemerintah Iran menunjukkan kerumunan orang berlarian di daerah tersebut setelah ledakan.
Merupakan salah satu orang paling berkuasa di Iran, Soleimani adalah kepala Pasukan Quds Garda Revolusi Iran, sebuah unit tempur elite yang menangani operasi Iran di luar negeri dan dianggap sebagai organisasi teroris asing oleh AS.
Pentagon mengatakan Soleimani dan pasukannya “bertanggung jawab atas kematian ratusan anggota pasukan Amerika dan koalisi serta melukai ribuan lainnya.”
Dikenal sebagai “komandan bayangan” Iran, Soleimani – yang memimpin Pasukan Quds sejak tahun 1998 – adalah dalang operasi militer Iran di Irak dan Suriah.
Ledakan Terjadi Saat Eskalasi Meningkat di Kawasan
Ledakan itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan dipicu Perang Gaza saat Israel berperang selama tiga bulan melawan Hamas di Gaza karena serangan Banjir Al Aqsa 7 Oktober.