Kecelakaan yang terjadi saat kabut tebal menyelimuti landasan pacu itu akibat miskomunikasi.
Bagaimana kecelakaan Japan Airlines terjadi saat ini sedang diselidiki.
Jon Ziomek, yang menulis buku berjudul "Collision on Tenerife: The How and Why of the World's Worst Aviation Disaster (Tabrakan di Tenerife: Bagaimana dan Mengapa Bencana Penerbangan Terburuk di Dunia)" mengatakan bahwa pertanyaannya sering kali bermuara pada "siapa yang memiliki izin untuk berada di tempat mereka berada".
“Terkadang hal ini disebabkan oleh kesalahan manusia yang sederhana,” katanya.
Baca juga: Jepang Mulai Penyelidikan Sebab Tabrakan Pesawat, Fokus di Landasan Pacu
Teknologi keselamatan telah meningkat sejak kecelakaan tahun 1977, namun alasan banyaknya nyawa yang selamat dalam kecelakaan hari Selasa ini kemungkinan besar karena teknologi tersebut tidak memiliki banyak faktor yang menyebabkan kecelakaan di Tenerife begitu mematikan.
Kecelakaan itu, kata Ziomek, terjadi antara dua pesawat Boeing 747, bukan satu pesawat raksasa dan satu pesawat kecil seperti kecelakaan hari Selasa.
Kecelakaan yang terjadi pada hari Selasa tidak terlalu mematikan, "bisa jadi hal sederhana seperti sebuah pesawat besar menabrak pesawat yang jauh lebih kecil," kata Ziomek.
Pada tahun 1977, pesawat KLM di Tenerife juga baru saja mengisi bahan bakar, yang berarti dampaknya sangat besar, kata Ziomek.
Pesawat Japan Airlines bertabrakan setelah mendarat, dan kemungkinan besar bahan bakarnya jauh lebih sedikit. Dan baik pesawat KLM maupun penerbangan Pam Am sangat penuh penumpang, kata Ziomek.
Penyelidik dari Jepang dan atas nama Airbus sedang dalam proses menyelidiki kecelakaan di Tokyo. Perdana Menteri Fumio Kishida mengatakan akar penyebab kecelakaan ini belum diketahui.
(Sumber: The Messenger)