TRIBUNNEWS.COM - Seorang Iman Masjid di New Jersey di Amerika Serikat (AS), tewas terbunuh usai ditembak, Rabu (3/1/2024) pagi waktu setempat.
Iman tersebut bernama Hassan Sharif.
Imam Hassan Sharif saat itu sedang berada di dalam mobilnya, namun tiba-tiba dia ditembak lebih dari satu kali sekitar pukul 6 pagi waktu setempat (11:00 GMT) di dekat Masjid Muhammad-Newark di Newark, kota terbesar di negara bagian tersebut.
Pelaku langsung kabur, dan saat ini masih dinyatakan buron.
Pihak berwenang setempat mengatakan penembakan fatal terhadap Imam Hassan Sharif diyakini tidak bias atau terkait dengan aksi terorime.
Jemaat masjid pun sangat terpukul setelah imam mereka ditembak dan terbunuh, mengutip CBS News New York.
Sharif telah menjadi imam tetap di masjid setempat selama lima tahun.
Baca juga: Israel Dag Dig Dug Hadapi Pengadilan Internasional, AS Sebagai Penyuplai Senjata Membela Israel
"Secara keseluruhan dia orang yang baik. Saya tidak bisa memikirkan kesalahan apa pun yang telah dia lakukan kepada siapa pun, dan itu datang dari hati saya," kata seorang jamaah Masjid, Aneesah Abdullah.
Sementara menurut pimpinan masjid, pelaku mendekati korban setelah salat Subuh.
Polisi mengatakan imam tersebut ditembak lebih dari satu kali dan dilarikan ke Rumah Sakit Universitas, sempat dirawat, namun korban meninggal dunia di sore harinya.
Jaksa Agung Matt Platkin mengatakan kini jangkauan hukum dan keamanan ditingkatkan di rumah ibadah, khususnya rumah ibadah Muslim dan Yahudi.
Mengingat secara eksplisit sedang terjadi ketegangan di banyak belahan dunia di tengah perang Israel di Gaza.
“Saya tahu bahwa mengingat peristiwa global dan meningkatnya ketegangan yang ditujukan pada banyak komunitas, khususnya komunitas Muslim, saat ini banyak orang di New Jersey yang merasakan rasa takut atau kecemasan yang semakin besar mendengar berita pembunuhan ini,” kata Platkin, mengutip Al Jazeera.
Baca juga: Selain Indonesia, Ini 53 Negara di Dunia Gelar Pilpres dan Pileg di 2024, Ada AS dan Rusia
Pada konferensi pers, Jaksa Agung negara bagian Matt Platkin mengatakan para penyelidik masih belum mengetahui motif di balik penembakan tersebut.