Serangan udara ini diluncurkan di tengah memanasnya tensi regional seputar serangan Israel dan Jalur Gaza.
Perang Israel-Gaza semakin memanas usai Israel membunuh pimpinan Hamas, Salih Al-Aruri di Beirut, Lebanon pada Selasa (2/1) lalu.
Di lain sisi, serangan ini juga bertepatan dengan tekanan yang menguat dari pemerintah Irak agar pasukan koalisi pimpinan AS segera angkat kaki dari negara itu.
Amerika Serikat memiliki 900 tentara di Suriah dan 2.500 tentara di Irak dalam misi yang dikatakan bertujuan untuk memberi nasihat dan membantu pasukan lokal yang berusaha mencegah kebangkitan ISIS, yang pada tahun 2014 menguasai sebagian besar wilayah kedua negara sebelum dikalahkan.
Kelompok milisi yang bersekutu dengan Iran di Irak dan Suriah menentang kampanye Israel di Jalur Gaza dan menganggap AS ikut bertanggung jawab.
PM Al-Sudani sendiri memiliki kendali terbatas atas beberapa faksi yang didukung Iran, yang dukungannya diperlukan untuk memenangkan kekuasaan setahun yang lalu dan kini membentuk blok yang kuat dalam koalisi pemerintahannya.
“Kami menekankan posisi tegas kami dalam mengakhiri keberadaan koalisi internasional setelah pembenaran keberadaannya berakhir,” kata al-Sudani seperti dikutip dalam pernyataan tersebut.
ISIS mengaku bertanggung jawab pada hari Kamis atas dua ledakan di Iran yang menewaskan hampir 100 orang dan melukai banyak orang di peringatan komandan tertinggi Qassem Soleimani.