Beberapa hari sebelum pemilu, Beijing bahkan mengancam Taiwan dengan menyebut Lai sebagai penghasut perang.
“Lai… akan membawa Taiwan semakin jauh dari perdamaian dan kemakmuran, dan semakin dekat dengan perang dan pembusukan,” kata Chen Binhua, juru bicara Kantor Urusan Taiwan China, pada hari Kamis (11/1/2024).
Sementara itu, dalam pidato kemenangannya, Lai mengatakan negaranya berhasil menggagalkan upaya pihak lain untuk mempengaruhi hasil pemilihan umum.
“Rakyat Taiwan telah berhasil menolak upaya kekuatan eksternal untuk mempengaruhi pemilu ini,” katanya.
Lai menegaskan dia berkomitmen terhadap perdamaian dan terbuka terhadap keterlibatan bersyarat dengan Beijing, sekaligus meningkatkan pertahanan pulau tersebut.
Di samping pemilihan presiden, warga Taiwan juga memilih politisi untuk duduk di badan legislatif.
Ada 113 kursi di badan legislatif yang diawasi ketat oleh China dan Amerika Serikat.
DPP telah berkuasa selama delapan tahun terakhir di bawah Presiden Tsai Ing-wen.
Sekitar 19,5 juta orang berusia 20 tahun ke atas berhak memilih, dan jumlah pemilih diperkirakan tinggi berdasarkan data angkutan umum.
Warga Taiwan diharuskan untuk kembali ke kota asal mereka untuk memberikan suara secara langsung.
Karena itu menjelang pemilu, layanan kereta api di seluruh pulau menjadi sangat sibuk.
Baca juga: Taiwan Salah Terjemahkan Peringatan ke Bahasa Inggris, Sebut China Luncurkan Rudal padahal Bukan
Pada hari Jumat, Administrasi Kereta Api Taiwan memperkirakan rekor penjualan tiket sebanyak 758.000, lebih tinggi dari pemilu sebelumnya.
Tidak Disukai China
China selama ini memandang William Lai sebagai ikon gerakan Taiwan merdeka.
Lai sendiri memang pernah menyebut dirinya sebagai “pekerja pragmatis untuk kemerdekaan Taiwan” pada tahun 2017, meskipun ia tidak lagi menggembor-gemborkan pernyataan tersebut.