News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Tinggal Tunggu Waktu, Lengsernya Netanyahu sebagai PM Israel Sudah Terlihat Lewat 4 Tanda Ini

Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. 4 tanda ini bisa dikatakan menjadi sinyal lengsernya Netanyahu sebagai PM Israel. Apa saja itu? Berikut ulasannya.

TRIBUNNEWS.COM - Tanda-tanda goyahnya pemerintahan Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu sudah terlihat sejak menyatakan agresi ke Gaza.

Beberapa tanda seperti saling sikutnya menteri, gelombang protes dari rakyat hingga eks PM Israel bisa dikatakan menjadi sebuah isyarat ketidaksukaan terhadap gaya pemerintahan Netanyahu.

Bahkan, protes tersebut menyeruak lewat aksi massa di beberapa kota seperti di Tel Aviv hingga Haifa.

Tak sampai di situ, partai pimpinan Netanyahu, Partai Likud bahkan turut melawannya.

Perlawanan dari partainya ini, dikabarkan media Israel, sampai membuat Netanyahu ketakutan.

Berikut tanda-tanda lengsernya Netanyahu sebagai PM Israel:

Aksi Massa Tuntut Netanyahu Mundur

Tuntutan Netanyahu agar mundur terjadi ketika ribuan orang berunjuk rasa di Israel.

Contohnya ketika ribuan massa berunjuk rasa di Tel Aviv dan menuntut Netanyahu mundur pada Sabtu (13/1/2024).

Baca juga: Bernasib seperti Netanyahu, Presiden Israel Isaac Herzog Dicemooh & Dikecam Rakyatnya

Tak hanya tuntutan tersebut, mereka juga mendesak para sandera yang ditawan Hamas segera dibebaskan.

"Pengunjuk rasa menyerukan pembubaran Pemerintah Israel yang dipimpin Benjamin Netanyahu dan pembebasan sandera dari Gaza menutup Jalan Ayalon (Tel Aviv) sebagai bagian dari aksi protes mereka," demikian laporan dari Channel 12 dikutip dari Anadolu Agency, Selasa (16/1/2024).

Tak hanya di Tel Aviv, aksi massa menuntut Netanyahu mundur juga terjadi di Haifa.

Massa di Haifa menilai Netanyahu sudah gagal dalam mengendalikan perang di Gaza.

Jika dirunut, aksi massa semacam ini sebenarnya berawal dari tuntutan dari warga Israel yang keluarganya masih disandera Hamas.

Hingga saat ini, diperkirakan ratusan orang Israel masih ditawan.

Saling Sikut Antar Menteri

Selain faktor tuntutan massa, internal pemerintahan Netanyahu juga disinyalir mengalami keretakan.

Adapun hal tersebut paling tampak ketika Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant dilarang untuk mengikuti rapat kabinet pada Sabtu (13/1/2024).

Berdasarkan informasi yang diterima media Israel, sebenarnya sudah ada memo yang berisi terkait menteri-menteri yang diperbolehkan mengikuti rapat.

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant (kiri) dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan). (YoavGallant)

Namun, ternyata nama Gallant tidak ada dalam memo tersebut.

Padahal, dia sudah terlanjur datang ke rapat tersebut meski telat.

Pada memo tersebut dilaporkan bahwa Gallant hanya diperbolehkan membawa sekretaris militer Israel.

Tak ayal, Gallant pun naik pitam dan disebut cekcok dengan Netanyahu.

"Berhenti mengganggu pekerjaan saya," kata Gallant kepada Netanyahu dan Ketua Dewan Keamanan Nasional, Tzachi Hanegbi dengan meninggalkan ruang rapat, dikutip dari Times of Israel.

Sebelumnya, menteri dan pimpinan militer Israel juga sempat bertengkar dalam rapat kabinet pada awal Januari 2024 lalu.

Pada rapat tersebut, Kepala Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Herzi Halevi terlibat pertengkaran dengan Menteri Transportasi, Miri Regev.

Adapun pemicu pertengkaran tersebut lantaran Halevi berencana mengajak eks Menteri Pertahanan Israel, Shaul Mofaz untuk menyelidiki penyebab Israel bisa diserang roket oleh Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu.

Regev pun tidak setuju dengan usulan Halevi tersebut.

"Anda menujuk Mofaz? Apakah Anda gila!?" ujar Regev ke Halevi.

Baca juga: Gagal Hajar Hamas, Anggaran Militer Israel untuk Perang Membengkak Jadi 155 Miliar Dolar AS

Tak hanya Regev, menteri lainnya seperti Menteri Keuangan, Bezalel Smotrich; Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben-Gvir, dan Menteri Kerja Sama Regional, David Asmalem turut marah terhadap Halevi.

Adapun penolakan tersebut, dikutip dari Aljazeera, lantaran Mofaz merupakan sosok yang membuat Israel harus menarik diri dari Gaza pada 2005 lalu.

Cekcok dan adu mulut pun tak terhindarkan antara menteri dan IDF.

Namun, Menteri Kabinet Perang, Benny Gantz membela kepala staf IDF, Herzi Halevi yang menjadi sasaran amarah menteri lain.

Benny mengatakan Halevi saat ini tengah berusaha untuk melakukan penyelidikan yang sesuai dengan standar profesional.

"Ini adalah penyelidikan profesional, apa hubungannya dengan itu? Kepala staf tengah melakukan penyelidikan terkait yang terjadi sekarang untuk mencapai tujuan perang dan kemampuan kita untuk mempersiapkan konflik di utara. Ini bukan penyelidikan nasional," ujarnya dengan nada tinggi sembari mengumpat ke para menteri.

Berdasarkan laporan media Israel, KAN News, seorang menteri mengatakan saling teriak antara menteri dan IDF itu bahkan terdengar sampai luar ruangan.

Diminta Mundur Partai yang Dipimpinnya Sendiri

Mantan perdana menteri Israel dan pemimpin partai Likud Benjamin Netanyahu berbicara kepada para pendukung di markas kampanye di Yerusalem pada 2 November 2022, setelah berakhirnya pemungutan suara untuk pemilihan nasional. Netanyahu beringsut menuju merebut kembali kekuasaan setelah hasil pemilu yang diproyeksikan menunjukkan mayoritas pemerintah berada dalam jangkauan sayap kanan veteran, tetapi prospeknya bisa berubah saat surat suara dihitung. (RONALDO SCHEMIDT / AFP)

Lengsernya Netanyahu pun tampaknya tinggal menunggu waktu saja ketika partai yang dipimpinnya sendiri, Partai Likud juga justru memintanya mundur.

Dalam akun pribadinya di X (dulu Twitter), pimpinan oposisi Yair Lipid mengatakan partainya yaitu Partai Yesh Atid bersiap untuk melakukan voting dengan Partai Likud untuk mengganti Netanyahu.

Dikutip dari Anadolu Agency, tuntutan mundur dari partainya sendiri ini disebut membuat Netanyahu mulai ketakutan.

Media Israel, Yediot Ahronoth juga melaporkan keyakinan dua partai besar itu untuk menggulingkan Netanyahu semakin kuat.

"Kritik dari partai dan anggota-anggota koalisi Likud semakin meningkat di tengah upaya untuk melengserkan Netanyahu," demikian laporannya dari Yediot Ahronoth.

Eks PM Israel Turut Desak Netanyahu Mundur

Gelombang tuntutan agar Netanyahu mundur pun turut muncul dari eks PM Israel seperti Ehud Barak, Yair Lapid, dan Ehud Olmert.

Dari Barak, dia menilai seharusnya Netanyahu mundur atau dimakzulkan usai Hamas 'dengan mudahnya' bisa menyerang Israel lewat serangan roket pada 7 Oktober 2023 lalu.

"Bukan karena keadilan bagi Palestina, tetapi karena kita memiliki keharusan untuk melepaskan diri dari palestina demi melindungi keamanan kita sendiri," tuturnya dikutip dari AP.

Baca juga: Di Sidang Mahkamah Internasional Netanyahu Tetap Sombong, Tak Ada yang Bisa Hentikan Israel

Sementara, alasan Lapid mendesak Netanyahu mundur lantaran perlu dipimpin oleh sosok yang bukan sudah tidak dipercaya oleh publik lagi.

Sedangkan, Olmert menilai Netanyahu sudah menjadi bahaya nasional sehingga sudah seharusnya mundur.

"Rakyat Israel sudah menumpuk kemarahan kepadanya. Sepertinya, Netanyahu juga sudah stres berat lantaran sudah didesak mundur dari berbagai pihak," katanya kepada Times of Israel.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Artikel lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini