“Peluncuran ini lebih dari sekedar ujian karena terjadi segera setelah rezim Kim meningkatkan retorika perang terhadap Korea Selatan dan tepat sebelum menteri luar negeri Korea Utara melakukan perjalanan ke Rusia,” kata Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha di Seoul melalui email, dikutip dari Al Jazeera.
“Pameran kekuatan Pyongyang harus menjadi perhatian selain Seoul, karena kerja sama militernya dengan Moskow menambah kekerasan di Ukraina, dan karena Pyongyang mungkin lebih bersedia untuk menantang AS dan sekutunya sementara perhatian global tertuju pada Timur Tengah," tambahnya.
Para analis mengatakan langkah Kim yang menunjuk Korea Selatan sebagai negara musuh yang terpisah, berpotensi membantu membenarkan penggunaan senjata nuklir terhadap Seoul dalam perang di masa depan.
Terlepas dari situasi ekonomi yang sulit, Pyongyang melakukan serangkaian uji coba senjata yang memecahkan rekor pada tahun 2023, termasuk rudal balistik berbahan bakar padat pertamanya, yang oleh para ahli disebut sebagai terobosan teknologi besar.
Uji coba rudal terakhir Korea Utara adalah rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat (ICBM) Hwasong-18, yang ditembakkan ke Laut Timur pada 18 Desember.
Sebelumnya mereka menguji mesin bahan bakar padat baru untuk rudal balistik menengah pada 11 November dan 14 November.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Korea Utara