Sementara 136.400 kasus diare saat ini menimpa para pengungsi terutama anak-anak Gaza yang berusia di bawah lima tahun.
Tak hanya itu terdapat 55.400 kasus penularan penyakit kutu dan kudis, 5.330 kasus cacar air,serta 42.700 kasus ruam kulit, termasuk 4.722 kasus impetigo, di Gaza.
Baru - baru ini jutaan nyawa yang berada di kamp pengungsian Gaza turut terancam terkena penyakit Hepatitis A.
Penyebaran penyakit ini terjadi setelah jutaan warga Gaza mulai mengungsi secara besar-besaran, namun hal tersebut tak didukung dengan adanya penambahan fasilitas air bersih dan kesehatan.
Kondisi kian diperparah lantaran cuaca musim dingin dan kurangnya nutrisi yang dikonsumsi jutaan pengungsi.
Hal ini yang membuat penyebaran penyakit di Gaza meningkat tajam dalam beberapa pekan terakhir.
Anak di Gaza Berpotensi Alami Stunting dan Gizi Buruk
Selain ancaman penyakit jutaan warga Gaza juga mengalami ancaman krisis pangan.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mengungkap, saat ini sebanyak jutaan rumah tangga di Jalur Gaza menderita kerawanan pangan akibat aksi blokade yang dilakukan militer Israel.
“Sebelum 7 Oktober, sebanyak 33 persen penduduk menghadapi kerawanan pangan. Kini dapat kami pastikan bahwa 100 persen penduduk sudah menghadapinya,” kata Direktur Jenderal FAO Qu Dongyu sebagaimana dikutip dari Anadolu Agency.
Meski akses masuk di pintu perbatasan Rafah yang memisahkan Gaza dan Mesir telah diperlonggar, namun sayangnya dari ratusan truk bantuan kemanusiaan yang mengantri hanya 19 persen yang diperbolehkan masuk ke wilayah Gaza.
Israel bersikukuh tindakan blokade dilakukan untuk melumpuhkan kekuatan militan Hamas. Namun akibat aksi pemblokiran akses pangan warga Palestina tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan dengan baik.
Badan Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Med bahkan menggambarkan situasi yang tengah terjadi di Gaza sebagai "perang kelaparan".
“Sejak dibukanya kembali pintu perbatasan Rafah kami hanya dapat mengirim 40 sampai 50 truk sementara kami membutuhkan 100 truk per hari agar bisa memberikan bantuan pangan kemanusiaan yang berarti bagi warga di Gaza,” kata Kyung-nan.
"Kondisi itu membuat 9 dari 10 keluarga di Gaza tidak bisa makan secara rutin setiap hari,” imbuhnya
(Tribunnews.com / Namira Yunia Lestanti)