TRIBUNNEWS.COM - Militer Israel menderita kehilangan pasukan terbesar dalam sehari pada Senin (22/1/2024) ketika 21 tentara cadangan tewas saat sedang menanam bom di dua bangunan di Gaza.
Menurut juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang dikutip The Intercept, pasukan komando Hamas menembakkan granat berpeluncur roket, atau RPG, ke tank Israel di dekat tentara tersebut memasang bom.
Ledakan menyebabkan reaksi berantai yang menyebabkan bangunan runtuh, di mana sebagian besar tentara Israel masih berada di dalamnya.
“Sekitar jam 4 sore, sebuah RPG ditembakkan oleh orang-orang bersenjata ke sebuah tank yang mengamankan pasukan, dan secara bersamaan, sebuah ledakan terjadi di dua gedung berlantai dua," kata Laksamana Muda Daniel Hagari, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel.
"Bangunan-bangunan runtuh akibat ledakan ini, sementara sebagian besar pasukan berada di dalam dan di dekat bangunan tersebut."
“Salah satu rudal tampaknya mengenai ranjau, yang meledak dan menyebabkan bangunan runtuh bersama tentara di dalamnya.”
Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, merilis pernyataan pada hari Selasa yang menggambarkan serangan yang konsisten dengan waktu dan sifat deskripsi militer Israel.
Meskipun pernyataan IDF tidak jelas mengenai penyebab pasti ledakan di dalam bangunan tersebut, Brigade Qassam mengatakan bahwa para anggotanya menargetkan bangunan tersebut, yang menyebabkan ledakan amunisi dan peralatan teknik IDF.
Penghancuran yang terkendali terhadap bangunan-bangunan seperti ini menjadi taktik yang semakin umum dilakukan oleh pasukan Israel di Gaza.
Militer Israel membenarkan penghancuran perumahan sipil dan infrastruktur lainnya dengan mengklaim bahwa bangunan tersebut menampung fasilitas Hamas atau pemimpin Hamas atau untuk mendapatkan akses ke terowongan bawah tanah.
Namun tampaknya ini adalah pertama kalinya militer Israel secara terbuka mengakui bahwa penghancuran sistematis seluruh wilayah Gaza timur tidak sepenuhnya ditujukan untuk menghancurkan terowongan atau infrastruktur Hamas, tapi untuk mengurangi populasi di wilayah Gaza.
Baca juga: 21 Tentara Israel Tewas Dibombardir Hamas, Awalnya Ingin Hancurkan Infrastruktur Pejuang Palestina
Penghancuran terkendali terhadap properti di wilayah pendudukan umumnya dilarang berdasarkan hukum humaniter internasional, kecuali jika hal tersebut dibutuhkan secara imperatif karena kebutuhan perang.
Netanyahu di Bawah Tekanan
Insiden ini nampaknya akan menambah tekanan kepada PM Israel Benjamin Netanyahu untuk mencari solusi diplomatik terhadap konflik di Gaza, VICE melaporkan.
Dengan banyaknya anggota koalisi pemerintah sayap kanan Netanyahu yang menyerukan pembersihan etnis terhadap sebagian besar, atau bahkan seluruh, penduduk Gaza saat ini, situasi ini akan menambah ketidaknyamanan pada posisi diplomatik Israel yang sudah sulit, kata seorang diplomat regional tanpa mau menyebutkan namanya.