TRIBUNNEWS.COM - Kelompok Houthi yang didukung Iran telah memerintahkan semua staf PBB dan badan-badan PBB asal AS dan Inggris untuk meninggalkan Yaman.
Houthi memberi waktu mereka selama satu bulan.
Perintah tersebut dibagikan oleh pihak berwenang ibu kota Sanaa yang dikuasai Houthi melalui media sosial.
Dalam surat tertanggal 20 Januari yang ditujukan kepada koordinator residen PBB, Houthi meminta karyawan PBB yang berkewarganegaraan Inggris dan AS memiliki waktu satu bulan untuk bersiap meninggalkan negara tersebut.
“Mereka harus siap berangkat segera setelah batas waktu berakhir,” tulis dokumen tersebut, dikutip dari Al Arabiya.
Surat tersebut telah diterima oleh seorang pejabat PBB yang tidak disebutkan namanya.
Ia mengatakan saat ini masih menunggu langkah yang akan dilakukan oleh PBB.
“PBB dan mitra-mitranya telah mencatat hal ini dan menunggu untuk melihat apa langkah selanjutnya,” kata pejabat tersebut.
Salah satu koordinator PBB asal Inggris yang berada di Yaman adalah Peter Hawkins.
Perintah Houthi tersebut menyusul serangan gabungan yang dilakukan AS dan Inggris terhadap Houthi.
Saat ini, AS dan Inggris sedang gencar melakukan serangan terhadap Houthi.
Baca juga: Dibombardir 18 Serangan, Houthi Yaman Bersumpah akan Membalas Serangan Udara Terbaru AS-Inggris
Pada hari Selasa, AS dan Inggris telah melancarkan serangan terhadap 8 situs Houthi di Yaman.
Dalam serangan tersebut, militer Amerika Serikat dan Inggris dengan Australia, Bahrain, Kanada dan Belanda, menargetkan 8 sasaran Houthi di Yaman.
Serangan ini merupakan tanggapan atas serangan Houthi di Laut Merah.
Komando Pusat AS mengatakan 8 serangan tersebut termasuk gudang penyimpanan Houthi.
“Serangan hari ini secara khusus menargetkan lokasi penyimpanan bawah tanah Houthi dan lokasi yang terkait dengan kemampuan pengawasan udara dan rudal Houthi,” kata CENTCOM, dikutip dari Anadolu Ajansi.
Ia mengatakan saerangan tersebut bertujuan untuk menurukan kemampuan Houthi.
"Serangan presisi tersebut dimaksudkan untuk mengganggu dan menurunkan kemampuan yang digunakan Houthi untuk mengancam perdagangan global dan kehidupan para pelaut," katanya.
Pejabat AS menilai serangan tersebut berhasil dan memiliki dampak yang baik terhadap sasaran, dikutip dari CBS News.
Serangan tersebut diluncurkan dari platform udara, permukaan dan bawah permukaan dan termasuk rudal serangan darat Tomahawk serta pesawat berawak dari USS Eisenhower.
Pekan lalu, Washington menetapkan kembali kelompok Houthi sebagai “kelompok teroris global,” setelah mencabutnya pada tahun 2021.
Sejak pertengahan November, kelompok Houthi telah meluncurkan rudal dan drone dari pantai Yaman yang ditujukan untuk mengirimkan barang yang menurut kelompok tersebut terkait dengan Israel, sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Houthi