TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Jagat politik Korea Selatan sedang diguncang oleh dugaan skandal hadiah tas mewah Dior kepada Ibu Negara Korea Selatan, Kim Keon Hee.
Skandal ini membuat suaminya, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol serta partai politiknya, People Power Party (PPP) jadi sorotan luas di Korea Selatan karena skandal hadiah tas mewah ini memicu kontroversi.
Skandal ini bermula dari beredarnya rekaman kamera tersembunyi yang memperlihatkan Ibu Negara Korea Selatan menerima tas Dior sebagai hadiah telah menjerumuskan Presiden Yoon Suk Yeol dan partainya ke dalam kontroversi.
Hal tersebut dikhawatirkan akan mengancam upaya mereka untuk merebut kembali mayoritas parlemen pada pemilu April 2024 mendatang.
Sejumlah anggota Partai Kekuatan Rakyat (PPP) yang merupakan partai konservatif Yoon telah mendesak Presiden Yoon Suk Yeol dan istrinya agar meminta maaf atas insiden yang dijuluki oleh media lokal sebagai "skandal tas Dior".
Baca juga: Dior Diduga Ganti Bella Hadid yang Pro-Palestina dengan Model Israel May Tager
Mereka juga mendesak, presiden dan istrinya mengakui bahwa menerima dompet itu merupakan hal yang tidak pantas dilakukan. Harapannya, permohonan maaf tersebut bisa menyelesaikan masalah ini.
Kantor Yoon mengatakan tidak memiliki informasi untuk dibagikan.
Baca juga: Rafael Alun Cuci Uang Gratifikasi Beli Puluhan Tas dan Dompet Chanel, Hermes, hingga Christian Dior
Para analis mengatakan, dengan memilih untuk tetap diam dan pada akhir pekan lalu skandal ini mendorong pemimpin partai untuk mengundurkan diri karena perbedaan pendapat beberapa anggota, Yoon berisiko menciptakan titik api yang pada akhirnya dapat merugikan PPP pada pemilu 10 April 2024.
“Ini adalah sebuah bom politik,” kata Rhee Jong-hoon, seorang analis politik. "Risiko Kim Keon Hee akan semakin besar."
Yoon memenangkan pemilu dengan kemenangan tipis pada tahun 2022. Akan tetapi, PPP yang dipimpinnya merupakan minoritas di parlemen, yang dikendalikan oleh saingannya Partai Demokrat.
Para analis mengatakan ketika Kim, sebagai pasangan seorang pejabat pemerintah, menerima dompet tersebut, yang diprediksi seharga 3 juta won (US$ 2.250), dia mungkin telah melanggar undang-undang anti-suap.
Para pendukung presiden mengatakan Kim adalah korban dari rencana ilegal untuk menjebaknya dan kampanye kotor.
Kasus ini muncul pada bulan November ketika saluran YouTube menayangkan klip video yang direkam secara diam-diam oleh seorang pendeta keturunan Korea-Amerika dengan kamera tersembunyi saat dia mengunjungi Kim dan menyerahkan tas tangannya.
Pendeta Abraham Choi, yang telah terlibat dalam pertukaran keagamaan dengan Korea Utara dan merupakan pendukung hubungan baik dengan Pyongyang, mengatakan bahwa dia awalnya ingin bertemu dengan Kim karena keprihatinannya terhadap kebijakan garis keras Yoon terhadap Korea Utara.