News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Ukraina Sudah Punya 880 Ribu Tentara, Zelensky Akan Tambah Serdadu Lebih Banyak

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

FOTO FILE: Tentara Ukraina mendapatkan pelatihan daru pasukan Khusus Inggris di South East England, 24 Februari 2023.

6,5 Juta-7,5 warga Ukraina kabur ke luar negeri

TRIBUNNEWS.COM -- Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengklaim saat ini sudah ada 880 ribu lebih tentara yang siap mendukung negeri itu untuk mengusir Rusia.

Meski demikian, ia menyatakan akan melakukan program mobilisasi terhadap warganya untuk dijadikan tentara cadangan.

Dikutip dari Russia Today, pada akhir 2023 Kiev telah memiliki lebih dari 600.000, jauh pada saat invasi Rusia dimulai pada Februari 2022 di mana jumlah tentaranya hanya 260.000 saja.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-705: Zelensky Sebut Perang Dunia 3 Dimulai saat Rusia Serang NATO

Zelensky mengatakan jumlah serdadunya terus meningkat. Bahkan dalam sebuah wawancara dengan media Jerman, ARD News, ia mengaku tentaranya berjumlah hampir satu juta.

"Diantaranya bekerja di sektor pertahanan dan keamanan," ujarnya dikutip Selasa (30/1/2024).

Pada saat yang sama, Zelensky mencatat bahwa antara 6,5 juta dan 7,5 juta orang telah meninggalkan Ukraina sejak awal konflik dan menyatakan bahwa Kiev ingin memulangkan warganya yang memenuhi syarat untuk wajib militer.

Komentarnya muncul ketika angkatan bersenjata negara itu terus mengalami kekurangan personel yang parah di medan perang, seperti yang diakui oleh sejumlah perwira dan komandan militer Ukraina, termasuk panglima angkatan bersenjata negara itu, Jenderal Valery Zaluzhny.

Pada sisi lain seperti dilansir media asal Kiev, Ukrainska Pravda, Zelensky berharap agar para anggota legislatifnya dan militer membuat undang-undang mobilisasi yang adil.

Ia mendesak terjadinya keadilan bagi wajib militer dan digitalisasi proses pendaftaran militer.

"Ini adil. Prospek demobilisasi adalah bagian penting dari setiap rencana mobilisasi. Banyak tentara telah menghabiskan waktu lama di medan perang; bahkan hingga 700 hari dalam beberapa kasus. Saya berterima kasih kepada mereka karena membela negara kita Saya yakin masyarakat tidak akan pernah bisa cukup berterima kasih kepada mereka," ujarnya.

Baca juga: Saat Rusia Peringati Perang Uni Soviet vs Nazi, Putin Tuduh Ukraina Jadi Pengikut Adolf Hitler

Perekrutan tentara saat ini dianggap tidak bermartabat karena para perekrut mencari wajib militer dengan menangkapi warga yang ada di jalanan.

"Mereka seharusnya tidak melakukan hal ini. Itu sebabnya saya meminta militer dan anggota parlemen kita, ketika menyiapkan proposal legislatif ini, untuk mengakhiri penegakan hukum melalui patroli jalanan. Saat ini kita dapat mengatasi masalah ini melalui komunikasi digital, dll. Kita hidup di era digitalisasi, dan merupakan negara yang sangat terdigitalisasi, tidak ada alasan untuk tidak mengatasi masalah ini dengan cara yang modern,” kata presiden.

Mengenai perlindungan hak dan kebebasan warga negara, ia menekankan bahwa Ukraina berada di bawah darurat militer, sehingga sulit untuk membahas undang-undang yang melindungi kebebasan sipil.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini