Air laut menyebabkan korosi di sejumlah terowongan. Namun, menurut pejabat AS, rencana membanjiri terowongan itu tidak seefektif yang diperkirakan Israel.
Bahkan, 80 persen terowongan Hamas di Gaza masih tetap utuh beberapa pekan setelah Israel berupaya menghancurnya.
Dikutip dari The Times of Israel, beberapa terowongan telah dibom, sedangkan lainnya telah dibanjiri.
Meski demikian, penghancuran itu berjalan lambat karena terowongan harus dipetakan dain diperiksa apakah ada jebakan atau sandera di sana sebelum Israel menghancurkannya.
Awal bulan ini seorang pejabat senior Israel memperkirakan panjang jaringan terowongan Hamas di Gaza mencapai antara 350 hingga 450 mil.
Angka itu jauh lebih besar daripada yang sebelumnya diperkirakan Israel.
Israel meyakini pemimpin Hamas bernama Yahya Sinwar bersembunyi di bawah tanah.
Pakar peringatkan risiko yang muncul
Baca juga: IDF Sengaja Banjiri Terowongan di Gaza, Klaim untuk Netralisir Ancaman Jaringan Bawah Tanah Hamas
Pakar keamanan bernama Michael Clarke dari King’s College, Inggris, mengingatkan ada risiko besar di balik strategi membanjiri terowongan.
Pertama, Israel tidak bisa memastikan apakah ada tawanan sedang ditahan di terowongan. Di samping itu, Israel juga tidak bisa memastikan siapa saja yang berada di terowongan.
Kemudian, strategi membajiri terowongan berisiko mencemari aquifer atau lapisan batuan/tanan berisi air. Aquifer itu memasok air tawar ke Gaza.
“Itu keputusan besar, tapi itu bisa dilakukan, ya, mereka bisa melakukannya,” ujar Clarke dikutip dari Sky News.
Meski demikian, dia mengatakan strategi itu bisa memunculkan banyak konsekuensi yang hingga kini belum diketahui.
(Tribunnews/Febri)