Militer Suriah mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa serangan AS di timur negara itu telah menewaskan sejumlah warga sipil dan personel militer, melukai beberapa orang, dan menyebabkan kerusakan besar pada properti pribadi dan publik.
Dikatakan bahwa serangan tersebut telah melemahkan perjuangan tentara Suriah melawan sisa-sisa kelompok ISIS di wilayah tersebut.
“Agresi AS hari ini tidak memiliki pembenaran, namun ini merupakan upaya untuk melemahkan kemampuan tentara Suriah dalam memerangi terorisme,” katanya.
Seorang reporter kantor berita Suriah, Sana, mengatakan ledakan terdengar di kota Deir Ezzor dan menyebabkan pemadaman listrik di daerah sekitarnya.
Serangan tersebut menggunakan pesawat termasuk pembom jarak jauh yang diterbangkan dari Amerika Serikat dan serangan udara menggunakan lebih dari 125 amunisi presisi, menurut Centcom.
Militer AS mengatakan lokasi yang diserangnya yakni pusat komando; pusat intelijen, roket dan rudal; dan fasilitas logistik dan rantai pasokan.
Presiden AS Joe Biden mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tanggapan AS akan terus berlanjut.
“Tanggapan kami dimulai hari ini. Ini akan berlanjut pada waktu dan tempat yang kami pilih,” katanya.
“Amerika Serikat tidak menginginkan konflik di Timur Tengah atau di mana pun di dunia."
"Namun, biarlah semua orang yang ingin menyakiti kami mengetahui hal ini: Jika Anda menyakiti orang Amerika, kami akan membalasnya.”
Seorang petugas IRGC tewas di Suriah
Serangkaian serangan udara juga dilaporkan terjadi di Suriah pada Jumat pagi, sebelum AS melancarkan serangannya.
Baca juga: Irak Kecam Serangan AS di Perbatasan Irak-Suriah: Ini Langgar Kedaulatan
Media Iran awalnya mengakitkan serangan itu dengan Israel, yang menewaskan seorang perwira IRGC di distrik selatan Damaskus.
Beberapa media Iran melaporkan bahwa identitas petugas tersebut adalah Saeed Alidadi, yang ditugaskan ke Suriah untuk menjadi penasihat militer.
Israel belum mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut atau berkomentar secara terbuka mengenai hal itu.