TRIBUNNEWS.COM - Setidaknya 23 orang tewas setelah Amerika Serikat melancarkan serangkaian serangan balasan pertamanya terhadap kelompok-kelompok yang didukung Iran di Irak dan Suriah, Jumat (2/2/2023) malam.
Serangan itu merupakan bentuk balasan serangan pesawat tak berawak yang menewaskan tiga tentara AS di Yordania.
Dilansir Middle East Eye, Komando Pusat AS (Centcom) mengeluarkan pernyataan yang mengatakan pasukannya menyerang lebih dari 85 sasaran di Irak dan Suriah.
Mereka menargetkan Pasukan Quds dari Korps Garda Revolusi Islam Iran serta kelompok bersenjata lain yang berafiliasi di kedua negara tersebut.
“Pasukan Quds Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran dan kelompok milisi yang berafiliasi dengannya terus menjadi ancaman langsung terhadap stabilitas Irak, kawasan, dan keselamatan warga Amerika,” kata komandan Centcom Jenderal Michael Erik Kurilla.
"Kami akan terus mengambil tindakan, melakukan apa pun yang diperlukan untuk melindungi negara kami, orang-orang, dan meminta pertanggungjawaban mereka yang mengancam keselamatan mereka."
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan bahwa serangan di Suriah telah menewaskan 23 pejuang pro-Iran.
“Jumlah korban tewas meningkat menjadi 23 orang, yakni 10 pejuang pro-Iran di daerah Deir Ezzor dan 13 di daerah Mayadeen,” kata Rami Abdurrahman, ketua organisasi tersebut.
Ia menambahkan bahwa sembilan dari pejuang tersebut adalah warga Suriah dan enam lainnya adalah warga Irak.
Tidak ada korban jiwa warga sipil yang dilaporkan.
Serangan itu dikutuk di Bagdad dan Damaskus.
Baca juga: Suriah Sebut Serangan Udara AS Picu Konflik di Timur Tengah: Cara yang Sangat Berbahaya
Jenderal Yehia Rasool, juru bicara Perdana Menteri Irak Mohamed Shia al-Sudani, mengatakan serangan itu merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan negara dan akan membawa konsekuensi bencana bagi keamanan dan stabilitas Irak dan kawasan.
Irak kemudian mengatakan akan memanggil kuasa usaha AS di Bagdad untuk menyampaikan protes resmi.
“Sebagai protes atas agresi AS yang menargetkan situs sipil dan militer Irak, Kementerian Luar Negeri akan memanggil Kuasa Usaha AS David Burger,” kata pernyataan kementerian tersebut.