"Jika Peresvet bisa membuat satelit buta, generasi baru senjata laser akan mengarahkan perusakan fisik targetnya dengan membakarnya", kata Borisov seperti dikutip Reuters.
Itu artinya, pengembangan senjata laser Rusia -sejauh yang dipublikasikan- baru sebatas pada fungsi secondary weapon untuk melumpuhkan radar.
Adapun dragonfire yang dikembang Inggris, diklaim sudah bisa secara langsung menembak objek dan material padat.
Meski pengembangan senjata laser membutuhkan biaya yang besar, namun laser dianggap senjata dengan biaya paling murah dengan per tembakannya hanya seharga 1 dolar AS, bandingkan dengan sebuah rudal yang dapat berharga lebih dari 1 juta dolar AS.
Karena senjata laser tidak memiliki proyektil fisik, penggunaanya juga tidak perlu khawatir akan kehabisan amunisi — senjata ini dapat menembak selama memiliki sumber energi.
"Sinar senjata laser juga bergerak dengan kecepatan cahaya, sehingga hampir tidak ada jeda antara saat ditembakkan dan saat mencapai target. Hal ini membuatnya lebih mudah untuk mengenai target bergerak, seperti drone atau rudal yang masuk, dibandingkan jika enggunakan senjata energi kinetik," tulis laporan FreeThink.
Selangkah Lagi Dipakai di Medan Perang
Pada tahun 2017, militer Inggris mulai mengembangkan DragonFire, senjata laser jarak jauh bertenaga tinggi yang pertama.
Pada 19 Januari 2024, militer Inggris mendemonstrasikan kemampuan perangkat tersebut untuk menjatuhkan drone di udara untuk pertama kalinya.
“Mampu dipasang pada kapal perang masa depan, [DragonFire] akan menjadi senjata penting Inggris seiring meningkatnya ancaman perang drone,” tulis Grant Shapps, Menteri Pertahanan Inggris, setelah demonstrasi.
Angkatan Darat dan Angkatan Laut Kerajaan Inggris sedang mempertimbangkan untuk menambahkan DragonFire ke dalam persenjataan pertahanan udara mereka.
Juru bicara Laboratorium Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pertahanan Inggris mengatakan kepada Defense Now bahwa senjata tersebut dapat siap untuk dikerahkan dalam 5 hingga 10 tahun mendatang.
“Sistem DragonFire telah berhasil dibuktikan hingga saat ini, dan kami sekarang semakin dekat untuk memiliki senjata unik yang akan memungkinkan komando garis depan untuk menghadapi ancaman yang berubah dengan cepat yang mereka hadapi,” kata Chris Allam, direktur pelaksana MBDA UK, sebuah industri bermitra dalam proyek DragonFire.
(oln/ft/rters/*)