“Meskipun kami, tentu saja, menyadari bahwa banyak pihak berwenang dan aktor berupaya membatasi eskalasi lebih lanjut, namun jelas bahwa situasinya masih bergejolak," katanya.
Menurutnya, ketegangan semakin meningkat dan mengakibatkan Irak dalam kondisi bahaya.
"Irak bahkan wilayah yang lebih luas masih dalam bahaya, dan kesalahan perhitungan sekecil apa pun dapat mengancam terjadinya kebakaran besar,” kata Hennis-Plasschaert.
Ia juga menjelaskan eskalasi dapat berhenti ketika kesepakatan telah terpenuhi.
"Ada kebutuhan mendesak untuk menghentikan serangan, baik yang berasal dari dalam atau luar Irak," jelasnya.
Kesepakatan yang dimaksud adalah melarang orang-orang menggunakan senjata tanpa adanya izin dari negara.
“Dan, seperti yang telah berulang kali dinyatakan dalam beberapa tahun terakhir, hal ini harus mencakup mengekang aktor bersenjata yang beroperasi di luar kendali negara," jelasnya.
Irak dan Suriah menjadi target serangan baru-baru ini.
Anggota tetap Dewan Keamanan, Rusia dan Tiongkok, mengkritik AS atas serangan tersebut.
Kedua negara menuduh Washington meningkatkan risiko eskalasi regional pada pertemuan Dewan Keamanan pada Senin malam.
AS telah melakukan serangan terhadap lebih dari 85 sasaran yang diduga terkait dengan IRGC dan pasukan sekutunya di Irak dan Suriah pada hari Jumat (2/2/2024).
Salah satu wilayah yang menjadi target AS yaitu lokasi militer di dekat Ain Ali, di selatan kota al-Mayadin di pedesaan Deir Ezzor, Suriah.
AS juga mengebom bandara Deir Ezzor, yang tidak jauh dari lokasi sebelumnya.
AS mengklaim serangan ini merupakan balasan atas serangan drone pekan lalu terhadap pangkalan milter AS.