Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden meminta Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar menjamin keselamatan sekitar 1 juta orang yang berlindung di Rafah di Gaza Selatan.
“Seruan tersebut juga berfokus pada upaya berkelanjutan untuk menjamin pembebasan tawanan yang disandera oleh kelompok militan Palestina Hamas dalam serangannya pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel,” kata Jake Sullivan, Penasihat Keamanan Nasional AS.
“Biden juga menegaskan kembali pandangannya bahwa operasi militer di Rafah tidak boleh dilanjutkan tanpa rencana yang kredibel dan dapat dilaksanakan untuk memastikan keamanan dan dukungan bagi lebih dari satu juta orang yang berlindung di sana,” sambungnya.
Percakapan Biden dengan Netanyahu terjadi beberapa hari setelah pemimpin AS tersebut mengatakan kepada wartawan bahwa tanggapan Israel terhadap wilayah kantong Palestina di Gaza “berlebihan.”
Sebaliknya, Netanyahu sudah menegaskan akan melanjutkan operasi militer di Rafah, sembari memberikan jalan yang aman bagi penduduk sipil sehingga mereka dapat dievakuasi.
Baca juga: Nama-nama 3 Polisi Senor Hamas yang Diklaim Israel Telah Mereka Bunuh Lewat Serangan Udara di Rafah
“Anda tahu, wilayah yang telah kami bersihkan di utara Rafah, banyak wilayah di sana. Namun, kami sedang menyusun rencana terperinci,” kata Netanyahu dalam cuplikan wawancara yang diterbitkan pada akhir pekan lalu.
Baca juga: Arab Saudi Ancam Israel, Akan Hadapi Dampak Serius Jika Nekat Operasi Darat ke Rafah
Otoritas kesehatan di Gaza, yang dikuasai Hamas, memperkirakan sekitar 28.000 warga Palestina, sebagian besar warga sipil, telah terbunuh di wilayah tersebut sejak konflik dimulai pada 7 Oktober 2023.
Dari jumlah itu, sekitar 70 persen dari mereka yang tewas adalah perempuan atau anak-anak di bawah 18 tahun.