“Penargetan ini dilakukan dalam kerangka intimidasi terhadap jurnalis,” katanya, untuk mencegah liputan media mengenai serangan militer di Gaza.
Setidaknya 126 jurnalis telah terbunuh di Gaza sejak 7 Oktober, sementara 10 lainnya telah ditangkap, menurut angka GMO.
“Ini bukan kejadian pertama dan kami berharap ini bukan yang terakhir. Terdapat serangan yang berkelanjutan, sistematis, dan hampir konsisten terhadap jurnalis. Sejak awal perang ini, lebih dari 100 jurnalis telah menjadi sasaran,” kata Mahmoud dari Al Jazeera.
“Tidak ada istilah dalam perang genosida ini. Setiap orang adalah targetnya.”
Kepala biro Al Jazeera di Gaza, Wael Dahdouh, terluka dalam serangan pesawat tak berawak Israel pada bulan Desember di mana juru kamera Al Jazeera Arab, Samer Abudaqa, terbunuh ketika mereka melakukan liputan di Gaza selatan.
Dahdouh kehilangan istrinya Amna, putranya Mahmoud, putrinya Sham dan cucunya Adam pada bulan Oktober setelah serangan udara Israel menghantam rumah tempat mereka berlindung di kamp pengungsi Nuseirat setelah mengungsi dari rumah mereka di Kota Gaza.
Pada bulan Januari, putra tertua jurnalis veteran tersebut, Hamzah, yang juga seorang jurnalis Al Jazeera, terbunuh oleh serangan rudal Israel di Khan Younis, Gaza selatan.
(Sumber: Al Jazeera)