“Perekonomian Israel kuat. Penurunan peringkat tidak ada hubungannya dengan perekonomian, hal ini sepenuhnya disebabkan oleh fakta bahwa kami sedang dalam perang,” kata Netanyahu pada Sabtu (10/2/2024).
Netanyahu, menambahkan, “Peringkat akan kembali naik saat kami menang perang — dan kami akan memenangkan perang."
Rasio Utang Terhadap PDB Israel Capai Puncaknya pada 2025
Gubernur Bank of Israel, Amir Yaron pada Minggu juga menyatakan, perekonomian negaranya kuat dan akan pulih dari dampak perang.
Meski begitu, dia mendesak pemerintah Israel untuk mengatasi masalah yang diangkat oleh Moody's setelah badan tersebut menurunkan peringkat kredit negara Israel.
"Untuk meningkatkan kepercayaan pasar dan perusahaan pemeringkat di Israel, penting bagi pemerintah dan Knesset untuk mengatasi masalah ekonomi yang diangkat dalam laporan tersebut,” kata Yaron.
“Kami tahu bagaimana memulihkan masa-masa sulit di masa lalu dan dengan cepat kembali ke kemakmuran, dan perekonomian Israel memiliki kekuatan untuk memastikan bahwa hal yang sama akan terjadi saat ini juga,” katanya.
Yaron, sejak serangan Banjir Al Aqsa Hamas pada 7 Oktober, telah mendesak pemerintah untuk menjaga disiplin fiskal dan memangkas pengeluaran untuk barang-barang yang tidak terkait dengan perang pembalasan Israel terhadap kelompok tersebut di Gaza.
Sejak memangkas peringkat Israel pada Jumat pekan lalu, Moody's diketahui tetap melabeli prospek kredit Israel pada kategori negatif, yang berarti penurunan peringkat lebih lanjut terhadap Israel potensial akan terus terjadi.
Moody's mengutip risiko politik dan fiskal yang signifikan dari perang tersebut, dan menambahkan bahwa "defisit anggaran Israel akan jauh lebih besar dari perkiraan sebelum konflik."
Penurunan peringkat tersebut, jika berkepanjangan atau mengarah pada tindakan serupa lebih lanjut, akan meningkatkan biaya pinjaman bagi Israel dan dapat menyebabkan pemotongan anggaran dan kenaikan pajak untuk menjaga agar defisit anggaran tidak terkendali.
Rasio utang terhadap PDB Israel, kata Moody's, tampaknya akan mencapai puncaknya pada 67 persen pada tahun 2025, dibandingkan 62,1 persen pada tahun 2023.
"Namun, rasio tersebut jauh lebih tinggi di masa lalu selama periode krisis ekonomi bagi Israel, tetapi tidak pernah ada penundaan dalam pembayaran utang pemerintah,” kata Yaron.
Bulan lalu, S&P Ratings, lembaga sejenis Moody's, mengatakan ke Reuters bahwa pihaknya bisa menurunkan peringkat kredit Israel jika perang dengan Hamas meluas ke bidang lain.
Anggota parlemen Israel pekan lalu memberikan persetujuan awal terhadap revisi anggaran negara tahun 2024 yang menambahkan puluhan miliar syikal untuk membiayai perang dan memberi kompensasi kepada mereka yang terkena dampak.