News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Gaza Perlu Biaya Rekonstruksi Pascaperang Senilai 20 Miliar Dolar atau Rp 313 Triliun, Kata PBB

Penulis: Muhammad Barir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

CEKUNGAN TANAH- Beberapa cekungan tanah dari hasil pemboman beberapa roket Israel ke tenda-tenda pengungsi di Rafah. Setidaknya 95 warga sipil, hampir setengah dari mereka adalah anak-anak tewas dalam empat serangan tidak sah di Rafah.

Gaza Butuh Biaya Rekonstruksi Pascaperang Senilai 20 Miliar Dolar atau Rp 313 Triliun, Kata PBB

TRIBUNNEWS.COM- Rekonstruksi Jalur Gaza yang terkepung akan menelan biaya sebesar $20 miliar atau Rp 313 Triliun jika perang berhenti hari ini.

Hal itu disampaikan oleh Richard Kozul-Wright, direktur Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD).

“Kita akan mendapatkan sekitar $20 miliar (Rp 313 Triliun) jika hal ini dihentikan sekarang,” kata Kozul-Wright pada tanggal 15 Februari di sela-sela pertemuan PBB di Jenewa, seraya menambahkan bahwa kerusakan yang ditimbulkan sudah empat kali lipat dibandingkan kerusakan yang terjadi di Gaza selama perang tujuh minggu di Gaza pada tahun 2014.

Direktur UNCTAD menekankan bahwa Gaza memerlukan “Rencana Marshall” baru untuk pulih dari kehancuran yang disebabkan oleh kampanye pemboman Israel yang tidak pandang bulu selama empat bulan.

“Rencana Marshall” adalah inisiatif Amerika yang disahkan pada tahun 1948 untuk memberikan bantuan luar negeri ke Eropa Barat setelah berakhirnya Perang Dunia II.

Baca juga: Harapan Mahmoud, Anak Muda dari Gaza yang Kehilangan Kedua Tangannya Akibat Serangan Udara Israel

Kozul-Wright menyoroti bahwa perkiraan tersebut didasarkan pada citra satelit dan informasi lainnya, dan menambahkan bahwa angka yang lebih tepat memerlukan peneliti untuk memasuki Gaza.

Analisa data satelit yang dilakukan oleh beberapa media barat menunjukkan bahwa antara 144.000 hingga 175.000 bangunan di seluruh Jalur Gaza telah rusak atau hancur, setara dengan 50 hingga 61 persen bangunan di wilayah kantong tersebut.

Daerah pemukiman kini menjadi reruntuhan, jalan-jalan perbelanjaan yang sebelumnya sibuk berubah menjadi puing-puing, semua universitas di wilayah tersebut telah hancur, sebagian besar rumah sakit berantakan, dan lahan pertanian terbengkalai, dengan kota-kota tenda bermunculan di perbatasan selatan untuk menampung ratusan pasien. Ribuan orang kehilangan tempat tinggal.

Sekitar 1,7 juta orang – lebih dari 80 persen populasi Gaza – terpaksa mengungsi sejak 7 Oktober, dan hampir setengahnya berdesakan di ujung selatan Jalur Gaza, di kota Rafah, menurut PBB.

Kehancuran yang terjadi begitu parah sehingga pada bulan lalu UNCTAD memperkirakan dibutuhkan waktu hingga tahun 2092 bagi perekonomian Gaza untuk kembali pulih seperti sebelum konflik jika permusuhan segera berakhir.

Pakar PBB mengatakan bahwa perekonomian Gaza memerlukan waktu hingga tahun-tahun terakhir abad ini untuk mencapai kembali situasi pada tingkat sebelum perang

Kerusakan 4 Kali Lipat dari Kerusakan Akibat Konflik 7 Pekan Tahun 2014

Biaya rekonstruksi Gaza pascaperang senilai $20 miliar (Rp Rp 313 Triliun), kata badan perdagangan PBB.

Gaza memerlukan 'Rencana Marshall” baru untuk pulih dari konflik antara Israel dan Hamas, kata seorang pejabat badan perdagangan PBB, seraya menambahkan bahwa kerugian akibat kampanye pemboman Israel yang menghancurkan sejauh ini berjumlah sekitar $20 miliar (Rp Rp 313 Triliun), menurut laporan Reuters.

Berbicara di sela-sela pertemuan PBB di Jenewa, Richard Kozul-Wright, direktur badan perdagangan UNCTAD, mengatakan kerusakan yang terjadi sudah empat kali lipat dibandingkan yang dialami di Gaza selama perang tujuh minggu pada tahun 2014.

“Kita membicarakan sekitar $20 miliar jika hal ini dihentikan sekarang,” katanya.

Kozul-Wright mengatakan perkiraan tersebut didasarkan pada citra satelit dan informasi lainnya dan perkiraan yang lebih tepat memerlukan peneliti untuk memasuki Gaza.

Rekonstruksi ini memerlukan “Rencana Marshall” yang baru, katanya, mengacu pada rencana AS untuk pemulihan ekonomi Eropa setelah Perang Dunia Kedua.

UNCTAD telah mengatakan dalam sebuah laporan bulan lalu bahwa diperlukan waktu hingga tahun 2092 bagi perekonomian Gaza untuk kembali pulih seperti sebelum konflik jika permusuhan di wilayah kantong Palestina segera dihentikan.

(Sumber: The Cradle, Middle East Eye)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini