TRIBUNNEWS.COM - Kelompok Houthi menembak jatuh drone MQ-9 Reaper Amerika di lepas pantai Yaman pada hari Senin (19/2/2024), dua pejabat AS mengonfirmasi kepada Business Insider.
Ini adalah keberhasilan Houthi kedua sejak awal November dalam menghancurkan drone Reaper AS.
Insiden ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Laut Merah dan Teluk Aden antara militer Barat dan kelompok yang didukung Iran itu.
Houthi sebelumnya mengklaim telah menembak jatuh Reaper di atas Yaman barat dengan rudal permukaan-ke-udara.
Houthi juga menerbitkan rekaman yang menunjukkan puing-puing drone yang hancur.
Klaim dan dan video tersebut tidak dapat diverifikasi.
Namun para pejabat AS pada hari Selasa mengatakan bahwa memang benar Reaper itu ditembak jatuh oleh kelompok Houthi di lepas pantai Yaman pada Senin pagi waktu setempat.
Seorang juru bicara Pentagon mengatakan, Houthi menggunakan rudal permukaan-ke-udara untuk menjatuhkan drone tersebut.
Kurang dari tiga bulan sebelumnya, Houthi juga sukses menembak jatuh drone Reaper Amerika di lepas pantai Yaman saat pesawat tersebut terbang melalui wilayah udara internasional.
Pada bulan Juni 2019 lalu, Houthi juga berhasil menjatuhkan MQ-9 dengan rudal permukaan-ke-udara.
Drone Reaper dapat dipersenjatai dengan baik dengan rudal Hellfire dan bom presisi, serta mampu beroperasi di ketinggian untuk jangka waktu yang lama.
Baca juga: Houthi Makin Ganas, Untuk Pertama Kalinya Tenggelamkan Kapal Inggris di Laut Merah
MQ-9, yang berharga sekitar $30 juta (Rp470 miliar) dan memiliki lebar sayap lebih dari 6 meter lebih panjang dari F-15 Eagle, dapat digunakan untuk mengumpulkan intelijen berharga dan melakukan serangan tingkat tinggi untuk militer AS.
Reaper ini dapat berkeliaran selama satu hari, memungkinkan pengendalinya dapat dengan cepat menghancurkan target darat yang ditemukan Hellfires.
Kemampuan ini membuat Reaper berguna dalam upaya AS menghentikan rudal Houthi sebelum mereka menembaki kapal internasional.