Banyak warga Iran yang enggan untuk memilih - atau memilih untuk tidak memilih - akibat protes massal pada tahun 2022, yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini.
Tindakan keras Iran terhadap pengunjuk rasa menyebabkan ratusan orang tewas dan ribuan lainnya terluka.
Banyak yang ditangkap dan dipenjara.
Dalam beberapa kasus, mereka bahkan menerima hukuman mati.
Sejak itu, suasana politik dan sosial Iran menjadi lebih represif dan masyarakat semakin tidak puas terhadap pemerintah.
Tahun ini, sejumlah 15.200 kandidat disetujui untuk mencalonkan diri untuk 290 kursi dalam pemilihan parlemen.
Namun hanya 30 yang berasal dari kubu reformis.
Kaum reformis menyebut pemilu tersebut sebagai "tidak berarti, tidak kompetitif, tidak adil, dan tidak efektif dalam penyelenggaraan negara".
Pada hari Kamis, juru bicara AS Matthew Miller mengatakan sejumlah besar warga Iran tidak berharap bahwa pemilu akan berlangsung bebas dan adil.
“Dunia telah lama mengetahui bahwa sistem politik Iran memiliki sistem administratif, peradilan dan pemilu yang tidak demokratis dan tidak transparan,” tambahnya.
Tempat pemungutan suara dibuka pada pukul 08:00 waktu setempat (11.00 WIB) dan diperkirakan akan tetap dibuka selama 10 jam kemudian.
Dalam beberapa kasus pada pemilu sebelumnya, waktu pemungutan suara diperpanjang hingga tengah malam.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)