Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, YAMAN – Milisi pro-Palestina Houthi memberikan sinyal pada kapal kargo sekutu Israel bahwa pihaknya akan memberikan kejutan militer dalam operasi mereka di Laut Merah.
Hal itu disampaikan oleh pemimpin kelompok tersebut, Abdul Malik al-Houthi, dalam pidatonya pada hari Kamis, 29 Februari 2024.
"Operasi militer kami akan terus berlanjut dan maju dan kami akan memberikan kejutan yang tidak diharapkan musuh kami sama sekali,” kata al-Houthi, dikutip dari Reuters.
Ancaman ini dilontarkan Houthi tepat setelah pasukan Israel menembaki warga Gaza, yang tengah mengantre makanan.
Baca juga: Kapal Fregat Jerman Tembak Jatuh 2 Drone Houthi di Laut Merah
Imbas insiden tersebut setidaknya 112 orang dilaporkan tewas, menambah jumlah korban meninggal di Gaza yang saat ini telah mencapai lebih dari 30.000 jiwa.
Geram dengan aksi penembakan tersebut, pemimpin milisi pro-Iran Abdul Malik Al Houthi, akhirnya turun tangan dengan mengambil langkah tegas. Menyiapkan sebuah "kiamat baru” untuk menjegal kapal – kapal kargo mitra Israel yang berada di Laut merah.
Houthi tak menjelaskan secara spesifik terkait kejutan militer apa yang akan diberikan kepada sekutu Israel, namun kemungkinan besar serangan militer itu akan membuat ekonomi AS dan Inggris yang merupakan mitra utama Israel boncos.
Houthi Deklarasikan Perang Terbuka Lawan AS-Inggris
Sejak konflik antara Hamas dan Israel memanas, Milisi Houthi Yaman menjadi salah satu kelompok yang vokal memberikan dukungan bagi Gaza, seperti baru – baru ini Houthi mendeklarasikan perang terbuka melawan AS dan Inggris.
Anggota Biro Politik Ansarullah (Houthi) Yaman, Ali Al Qahoum mengungkap deklarasi perang dilontarkan lantaran kedua negara tersebut sudah melanggar kedaulatan yang tidak bisa lagi ditolerir oleh Yaman.
"Yaman tidak akan pernah berhenti mendukung perlawanan rakyat Palestina, di Jalur Gaza, dan perkembangan yang terjadi di Palestina, akan mempersatukan rakyat Yaman, dan menyebabkan mereka turun ke jalan menggelar unjuk rasa jutaan orang," imbuh Ali Al Qahoum.
Lewat deklarasi tersebut Houthi berjanji akan mengintensifkan serangan kepada kapal – kapal yang terafiliasi dengan Israel di Laut Merah.
Belum diketahui secara pasti kapan ketegangan ini mereda, namun apabila konflik laut Merah terus dalam jangka waktu yang lama, hal ini dapat memukul ekonomi Amerika dan Inggris.
Lantaran perusahaan perusahaan asal AS dan Inggris harus menanggung lonjakan biaya pengiriman barang yang saat ini telah naik sebanyak 100 persen, serta lonjakan biaya premi atau asuransi yang naik mencapai 50 persen imbas perubahan rute pelayaran.