Tapi hal ini tidak berlaku bagi AS yang memang berststus sekutu dan supplier kebutuhan perang Israel.
Alih-alih memberikan bantuan teratas lewat udara, AS sejatinya punya akses tak terbatas di jalur darat -baik secara langsung maupun menggunakan pihak ketiga- dalam pengiriman bantuan jika ancaman risikonya cuma datang dari aksi agresif tentara IDF di lapangan.
Pun begitu, Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, beralasan kalau pengiriman bantuan butuh perencanaan yang matang.
Dia mengatakan pengiriman bantuan lewat jalur darat akan terus digunakan untuk menyalurkan bantuan ke Gaza, dan pengiriman bantuan melalui udara merupakan upaya tambahan.
“Ini bukanlah hal yang ingin Anda lakukan dalam sekejap. Anda ingin memikirkannya baik-baik,” kata Kirby.
“Ada beberapa operasi militer yang lebih rumit daripada bantuan kemanusiaan yang diberikan melalui udara," sambungnya.
Sebelumnya, Gedung Putih, Departemen Luar Negeri, dan Pentagon telah mempertimbangkan manfaat dari bantuan militer AS selama beberapa bulan.
Namun, AS menundanya karena kekhawatiran bahwa metode tersebut tidak efisien, tidak memiliki cara untuk memastikan bantuan tersebut sampai ke warga sipil yang membutuhkan, dan tidak dapat memberikan bantuan yang diperlukan.
Para pejabat pemerintah mengatakan preferensi mereka adalah untuk lebih meningkatkan pengiriman bantuan melalui darat melalui titik perbatasan Rafah dan Kerem Shalom, serta mencoba membuat Israel membuka Erez Crossing ke Gaza utara.
(oln/almydn/aja/*)