TRIBUNNEWS.COM - Pelayat yang menghadiri pemakaman pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny, pada Jumat (1/3/2024), terancam ditangkap oleh aparat.
Ribuan pelayat mengucapkan selamat tinggal terakhir kepada Navaly, seorang kritikus Kremlin yang dikenal juga sebagai musuh Presiden Vladimir Putin.
Teriakan nama Alexei Navalny menggema di antara para pelayat.
Saat Navalny dikebumikan, pendukung Navalny dengan tegas mengaku tidak akan memaafkan pihak berwenang Rusia atas kematiannya.
Pemakaman Navalny diadakan di sebuah gereja di Moskow, pelayat menunggu berjam-jam untuk bisa memberikan penghormatan terakhir di bawah pengawasan sejumlah pasukan polisi.
"Navalny, Navalny," teriakan keras terdengar ketika peti mati dibawa keluar dari mobil jenazah berwarna hitam, dikutip dari Al Jazeera.
Setelah kebaktian singkat, pengusung jenazah membawa peti mati Navalny untuk dimakamkan di Pemakaman Borisovskoe di ibu kota Moskow.
Dalam video yang disiarkan dari pemakaman, ibu Navalny, Lyudmila dan sang ayah Anatoly, membungkuk di atas peti mati anaknya yang terbuka dan mencium jasadnya untuk terakhir kali, diiringi musik oleh sekelompok kecil musisi.
Para pelayat melangkah maju untuk membelai wajahnya sebelum seorang pendeta dengan lembut menutupi tubuhnya dengan kain kafan putih.
Peti mati Navalny kemudian ditutup dan diturunkan ke dalam tanah.
Pelayat ditangkap di 16 kota
Organisasi hak asasi manusia OVD-Info mengatakan mereka mengetahui “setidaknya 67 penangkapan di 16 kota” pada hari Jumat, termasuk enam penangkapan di Moskow tempat pemakaman Navalny diadakan.
Baca juga: Hiraukan Ancaman Putin, Ribuan Orang Nekat Hadiri Pemakaman Oposisi Rusia Alexei Navalny
Sementara, laporan kelompok hak asasi manusia mengatakan ada sekitar 400 orang telah ditahan di tempat peringatan Navalny sejak kematiannya.
Navalny, pengkritik paling keras terhadap Presiden Vladimir Putin di Rusia, meninggal pada usia 47 tahun di koloni hukuman Arktik pada 16 Februari.
Kematiannya yang mendadak telah memicu tuduhan dari para pendukungnya bahwa Navalny telah dibunuh.