TRIBUNNEWS.COM, RAFAH - Pembicaraan mengenai gencatan senjata dan pertukaran sandera antara Israel dan Hamas menemui jalan buntu, Rabu seiring dengan semakin dalamnya krisis kemanusiaan di Gaza yang dikuasai Hamas.
Para perunding dari Hamas, Qatar, Mesir dan tanpa kehadiran Israel telah berusaha untuk mengamankan gencatan senjata selama 40 hari sebelum bulan puasa Ramadhan, yang dimulai awal pekan depan.
Mereka juga mendesak Hamas untuk menerima persyaratan yang ada di meja perundingan.
Presiden AS Joe Biden mengatakan pada hari Selasa bahwa sekutunya, Israel,telah bekerja sama dan tawaran rasional telah dibuat untuk gencatan senjata dengan imbalan pembebasan sandera Israel.
"Saat ini, tawaran tersebut berada di tangan Hamas," katanya kepada para wartawan, seraya memperingatkan bahwa akan "sangat berbahaya" jika pertempuran terus berlanjut hingga bulan Ramadan seperti dikutip Tribunnews.com dari Arabnews.com, Rabu.
Amerika Serikat khawatir bahwa konflik Gaza dapat menyebar ke Timur Tengah, terutama setelah serangkaian serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah dan Teluk Aden oleh pasukan Houthi yang bersekutu dengan Iran, yang bertindak sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina.
Baca juga: Hamas: AS Muka 2, Kirim Bantuan ke Jalur Gaza tapi Tetap Persenjatai Israel
Dalam serangan terakhir, setidaknya dua pelaut tewas dalam serangan Houthi terhadap sebuah kapal barang, kata para pejabat AS dan Inggris, kematian pertama yang dilaporkan sejak kelompok Yaman itu memulai kampanye serangan terhadap pelayaran di salah satu jalur laut tersibuk di dunia.
Sebuah sumber pelayaran mengatakan sebelumnya empat pelaut mengalami luka bakar parah dan tiga orang hilang.
Operator Yunani dari kapal True Confidence yang berbendera Barbados mengatakan bahwa kapal tersebut diserang sekitar 50 mil laut di sebelah barat daya pelabuhan Aden, Yaman, dan terombang-ambing dan terbakar.
Hamas berjanji untuk terus mengambil bagian dalam perundingan Kairo namun para pejabat dalam kelompok itu mengatakan gencatan senjata harus dilakukan sebelum para sandera dibebaskan, pasukan Israel harus meninggalkan Gaza dan semua warga Gaza harus bisa kembali ke rumah-rumah yang mereka tinggalkan.
"Kami menunjukkan fleksibilitas yang diperlukan untuk mencapai penghentian agresi yang komprehensif terhadap rakyat kami, tetapi penjajah masih menghindari hak-hak perjanjian ini," kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
Sebuah sumber sebelumnya mengatakan bahwa Israel menjauh dari perundingan Kairo karena Hamas menolak untuk memberikan daftar sandera yang masih hidup.
Hamas mengatakan bahwa hal ini tidak mungkin dilakukan tanpa gencatan senjata karena para sandera tersebar di seluruh zona perang.
Pasukan Israel, yang memulai serangan mereka di Gaza setelah serangan mematikan Hamas ke Israel pada 7 Oktober, terus membombardir daerah kantong Palestina itu sejak pembicaraan dimulai di Kairo pada hari Minggu, dan situasi kemanusiaan yang mengerikan di daerah pantai yang padat penduduknya itu semakin memburuk.