TRIBUNNEWS.COM - Serangan udara yang dikaitkan dengan koalisi Amerika Serikat (AS)-Inggris menghantam kota-kota pelabuhan di Yaman barat pada Senin (11/3/2024).
"Sedikitnya 11 nyawa terenggut dan 14 orang lainnya terluka saat mengamanka jalur pelayaran komersial tersebut," kata Juru bicara pemerintah Yaman kepada Reuters.
Serangan tersebut juga bertepatan dengan hari pertama bulan suci Ramadan, masa puasa bagi umat Islam.
Ada setidaknya 17 serangan udara dilaporan di wilayah tersebut, termasuk di kota pelabuhan utama Hodeidah dan di Pelabuhan Ras Issa, menurut Al Masirah, outlet berita televisi utama yang dikelola Houthi.
Dikutip dari Al Arabiya, serangan tersebut terjadi selang beberapa hari setelah tewasnya warga sipil dan hilangnya kapal pertama sejak kelompok Houthi yang mulai menyerang kapal komersial pada bulan November.
Meningkatnya aktivitas di Laut Merah diklaim kelompok militan yang didukung Iran itu sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina yang diserang oleh Israel.
Meskipun mendapat pembalasan dari koalisi AS-Inggris dan angkatan laut lainnya, kelompok Houthi telah masih gencar melakukan serangan terhadap kapal komersial di salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia.
Komando Pusat AS (Centcom) mengatakan pihaknya menghancurkan sebuah kapal bawah air tak berawak dan 18 rudal anti-kapal milik Houthi, dikutip dari The Guardian.
"Senjata-senjata ini merupakan ancaman nyata terhadap kapal dagang dan kapal angkatan laut AS di wilayah tersebut," ungkap Centcom dalam sebuah pernyataan.
Komando Pusat AS juga menambahkan bahwa serangan tersebut dilakukan untuk “melindungi kebebasan navigasi dan membuat perairan internasional lebih aman”.
Kelompok Houthi membunuh tiga awak kapal True Confidence yang dioperasikan Yunani dan berbendera Barbados pada hari Rabu (6/3/2024) dalam serangan di lepas pantai Aden.
Baca juga: Houthi Yaman akan Meningkatkan Operasi Militer di Laut Merah Sepanjang Bulan Ramadan
Hal ini terjadi beberapa hari setelah tenggelamnya kapal kargo Rubymar, yang tenggelam sekitar dua minggu setelah terkena rudal Houthi pada 18 Februari.
Sekarang, banyak kapal memilih melakukan perjalanan memutar, otomatis lebih mahal di sekitar Tanjung Harapan di Afrika untuk menghindari rute berbahaya melalui Teluk Aden dan Laut Merah ke Terusan Suez.
Meskipun ada pembalasan dari AS, dan kadang-kadang didukung oleh Inggris, kelompok Houthi terus melanjutkan kampanye serangan mereka terhadap kapal-kapal komersial di salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)