Menjelang Invasi Israel ke Rafah, Israel Rencanakan Usir Warga Gaza ke Pulau-pulau
TRIBUNNEWS.COM- Israel berupaya mendorong warga Palestina menuju area lain menjelang invasi ke Rafah.
Tel Aviv merencanakan eksodus paksa warga Palestina lainnya yang akan mengakibatkan 1,4 juta penduduk Gaza terpaksa mengungsi dari Rafah selatan ke apa yang disebut pulau kemanusiaan di Gaza tengah.
Israel berencana untuk secara paksa memindahkan sebagian besar dari 1,4 juta warga Palestina yang tinggal di kota Rafah paling selatan Gaza yang terkepung ke pulau kemanusiaan di tengah wilayah tersebut, sebelum rencana invasi ke wilayah tersebut.
Kepala juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan pada hari Rabu bahwa memindahkan warga Palestina di Rafah ke daerah yang ditentukan adalah bagian penting dari persiapan militer untuk invasi ke Rafah.
Israel mengklaim pasukan Hamas masih memiliki empat batalyon.
“Kita perlu memastikan bahwa 1,4 juta orang atau setidaknya sejumlah besar dari 1,4 juta orang akan pindah,” kata Hagari kepada wartawan dalam sebuah pengarahan.
Hagari tidak mengatakan kapan eksodus Rafah akan terjadi, atau kapan invasi Rafah akan dimulai, dan mengatakan bahwa Israel ingin waktunya tepat secara operasional dan harus dikoordinasikan dengan negara tetangganya, Mesir.
Mesir mengatakan pihaknya tidak ingin gelombang pengungsi Palestina melintasi perbatasannya.
AS telah bersikap tegas terhadap Israel atas kekhawatirannya terhadap Rafah.
Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan pada hari Rabu bahwa Washington belum menerima rencananya dari Israel untuk mengirim warga sipil ke sana.
“Kita perlu melihat rencana yang akan membuat warga sipil terhindar dari bahaya jika ada operasi militer di Rafah,” katanya kepada wartawan di Washington setelah mengadakan pertemuan tingkat menteri virtual mengenai bantuan Gaza dengan para pejabat dari PBB, Uni Eropa, Inggris, Qatar, UEA, dan Siprus.
“Kami belum melihat rencana seperti itu.”
Nasib warga Palestina di Rafah telah menjadi kekhawatiran utama para sekutu Israel – termasuk Amerika Serikat – dan kelompok-kelompok kemanusiaan, yang khawatir bahwa serangan di wilayah yang padat dengan begitu banyak pengungsi akan menjadi sebuah bencana.